18 Februari 2023

BERPINDAH KE LAIN HATI (PERTAMAX)

Pertama, antrian yang panjang yang membuat saya malas untuk menunggu terlalu lama, bahkan sampai ke tepi jalan raya, yang kalau siang harus harus rela berpanas panasan, pernah juga harus rela untuk berangkat selepas subuh hanya untuk mengisi bensin, dan ternyata tetap saja antrian mengular.

Kedua, karena harga pertamax sudah mengalami penurunan dibanding sebelumnya, yang semula berharga 13.900 per liter menjadi 12.800 per liter berarti harga perliternya selisih 2.800 dengan pertalite, sehingga dalam hal ini membuat saya berpikir berarti jika saya berpindah kelain hati yakni ke pertamax dalam setiap pembelian ada selisih atau naik sekitar 5000an setiap mengisi bensin.

Ketiga, ketika mencoba pertamax untuk awalnya saya merasakan motornya semakin nyaman, tarikannya enak, di gas sedikit saja sudah bisa diajak melaju, selain itu saya merasakan dengan menggunakan pertamax menjadi lebih irit dan bensin tidak cepat habis.

Dengan berpindah ke lain hati ini ada beberapa hal yang juga saya perhatikan secara khusus, yang pertama adalah soal tekanan ban, ketika udara yang ada dalam ban sesuai dengan aturan dan sering diisi sekitar semingguan, maka laju kendaraan akan menjadi lebih cepat, jika volume udara dalam ban tidak sesuai aturan maka laju kendaraan tidak bisa melaju dan merasa bensin cepat habis karena tidak bisa dipacu dan lajunya tidak bisa cepat.

Kedua adalah dengan menjaga kestabilan gas ketika mengendarai, bisa juga dengan tidak menarik turunkan gas secara cepat, kadang cepat kadang lambat, jadi ketika menaiki sepeda motor saya santai saja, ketika jalan lurus atau ketika belokan laju kendaraannya tidak berubah jauh, atau ketika posisi sedang berhenti di lampu merah, saat mulai berjalan tidak langsung mengegas secara cepat, pelan saja sedikit demi sedikit menjadi lebih cepat. Tidak langsung berubah secara cepat dari diam langsung menarik gas banyak sehingga bisa menghemat bahan bakar.

Ketiga adalah servis rutin, paling tidak minimal setiap 6 bulan sekali, selain rutin penggantian oli yang saya lakukan sekitar 1500 km sampai 2000 km, hal ini saya lakukan ketika saya merasakan bahwa motor sudah mulai boros.

Keempat adalah dengan membeli pertamax berarti saya tidak ikut menghabiskan uang negara, karena menggunakan bensin yang non subsidi pemerintah, artinya biarlah orang lain yang menggunakannya atau orang yang lebih membutuhkan, tetapi lebih memilih untuk memperbesar pendapatan atau pemasukan dengan cara bekerja dan berusaha meningkatkan pendapatan dengan usaha.  




12 Februari 2023

Banyak Aset Adalah Orang Kaya Sesungguhnya

Aset menurut KBBI Online adalah sesuatu yang mempunyai nilai tukar bisa juga disebut modal atau kekayaan. Aset adalah sumber daya baik yang dimiliki individu maupun perusahaan yang memiliki nilai ekonomis baik di masa sekarang maupun masa depan. Aset adalah sesuatu yang bisa membantu menghasilkan uang lebih banyak. Banyak orang Indonesia yang sering melupakan aset, bahkan Bu Menteri Keuangan pernah berkata, bekerjanya orang Indonesia dan orang luar negeri itu sama saja, yang membedakan adalah orang luar negeri asetnya bekerja sedang aset orang Indonesia itu tidur.

Rumah mewah banyak kita jumpai di sekitar kita, mobil dan motor baru dapat kita lihat lalu lalang setiap saat, pertanda banyak bermunculan orang orang kaya baru atau kelas menengah di masyarakat Indonesia. Tetapi benarkah demikian, coba kita lihat beberapa beberapa contoh kasus yang terjadi di tengah tengah masyarakat.

Rumah itu demikian megah, luas, berpagar tinggi, tetapi sayangnya depan rumah begitu kotor, banyak rumput tinggi dan ilalang disekitar rumahnya, ternyata orangnya tidak ada di rumah, dia menjadi TKI di luar negeri sudah bertahun tahun lamanya, pulang hanya beberapa tahun sekali di saat lebaran kemudian kemudian kembali lagi menjadi TKI, hal itu dibuktikan dengan cat berubah baru dan depan rumahnya bersih, tetapi setelah beberapa bulan kemudian rumahnya kembali penuh dengan debu dan tumbuhnya rumput rumput liar.

Mata lelaki itu terlihat sayu, wajahnya muram, kini dia tidak punya rumah. Hidupnya terlunta lunta dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain. Dia berhutang ke bank untuk membangun rumah yang besar, dan tentu saja membutuhkan biaya besar. Ternyata apa yang dia rencanakan meleset, pendapatannya tidak mampu menutupi kebutuhan, besar pasak dari pada tiang. Rumah megah, yang menjadi impiannya terpaksa dijual untuk menutup hutangnya ke bank, karena tidak bisa membayar cicilan hutangnya.

Dia seorang lelaki yang masih bujang, bebarapa tahun menjadi seorang TKI, pulang ke rumah uangnya digunakan membeli mobil dan motor, kerjaanya setiap hari keluar rumah, bersama beberapa orang temannya, ternyata sering keluar masuk café dan tempat tempat hiburan, menjadi bos dan sering mentraktir teman temannya. Ketika uangnya habis, ia menjual mobil dan motornya digunakan untuk pergi ke luar negeri menjadi TKI kembali.  

Motor itu demikian bagus, harganya mencapai 30an juta, tetapi pekerjaanya tidak tetap, punya hutang sana sini, apa yang dilakukan setiap saat adalah untuk menutup leasing. Kerja kerasnya adalah untuk menutup hutangnya, motor bagus sih, gaya bagus, gengsi dapat tetapi kerjaanya mengeluh setiap saat.

Mobilnya sekitar 200 jutaan, ia membelinya dengan DP puluhan juta, jangka waktu sampai selesai hutangnya adalah 5 tahun, awal mula tidak ada masalah dengan cicilannya. Saat pandemi datang mulai menjadi masalah, karena keuangannya mulai seret, barang barang di tokonya jarang yang dibeli orang, padahal dia harus tetap menyicil tiap bulannya, dari pada bingung lebih baik di jual mobil itu, tentu saja dengan harga separuhnya, dan diselesaikan hutangnya.   

Dia adalah seorang mantan TKI Jepang, pulang ke rumah membuat usaha toko, tokonya sering ramai sekali, banyak pedagang dan pengusaha toko kecil yang membeli barangnya disana, karena barangnya lengkap dan murah, awalnya rumahnya sederhana saja, sedikit demi sedikit membangun rumah diambil dari keuntungan usahanya tersebut, artinya tidak mengambil uang modal yang digunakan untuk usahanya. Membeli mobilpun juga tidak terlalu mahal, yang penting layak dan bisa digunakan untuk kebutuhan keluarga, terpenting adalah bagaimana mengembangkan bisnisnya.   

Hidupnya sederhana, untuk membeli sepeda seharga 10 juta pun dia masih gamang, karena menurutnya sepedanya saat ini sudah lebih dari cukup untuk menjalankan hobinya bersepeda. Sebenarnya dia mampu saja untuk membelinya, untuk mendapatkan kepuasan. Tetapi dia lebih memilih untuk menambah asetnya. Bayangkan saja dia punya berhektar hektar tanah, yang kesemuanya produktif dan menghasilkan. Belum lagi mempunyai toko yang mampu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil dari tokonya untuk kehidupan sehari hari, sedang penghasilan dan pendapatan dari asetnya digunakan untuk membeli aset lagi, yakni berupa tanah dan kemudian dibuat usaha, demikian seterusnya. Sehingga semakin lama kekayaannya semakin bertambah.

Apa yang dapat disimpulkan dari cerita diatas. Bahwa masyarakat Indonesia lebih banyak mempunyai jiwa konsumtif, terbukti bahwa ketika mempunyai uang atau modal, tidak digunakan untuk memperbanyak aset, dengan tujuan untuk bisa berproduksi dan bisa menghasilkan lebih banyak uang dari perputaran uang tersebut. Lebih kepada membeli untuk mendapatkan kepuasan dan rasa gengsi, punya rumah yang bagus, mobil yang mahal, pakaian yang bermerk, maka ya akhirnya tetap stagnan saja, tidak bisa berkembang. Pola semacam ini yang harus dihindari, lebih baik sederhana, makan sewajarnya, rumah layak saja sebagai tempat tinggal, mobil tidak perlu mahal yang terpenting adalah bisa membawa keluarga berwisata terbebas dari panas dan hujan, motor tidak rewel dan bisa dipakai untuk bekerja setiap hari.

Tapi itu semua kembali kepada diri masing-masing, terpenting adalah menikmatinya, jika orang orang di atas menikmatinya ya tidak bisa kita salahkan. Semua berhak dengan kehidupannya, mau melakukan apapun silahkan.  Tetapi lebih baik adalah pola hidup konsumtif dihindari, boleh dilakukan jika pendapatan lebih besar, jika tidak bisa dialihkan untuk menjadi produktif atau usaha yang bisa mendapatkan pemasukan yang lebih besar.

Kalau saya lebih memilih hidup apa adanya, sederhana saja, apa yang diinginkan dilakukan sedikit demi sedikit, dari apa yang didapat, tidak terlalu terburu buru ingin kelihatan wah, mewah, ternyata menyiksa kantong. Enak dihati enak di jiwa, tanpa beban hidup yang berat. Jika ingin sesuatu yang lebih, ya harus bekerja keras, memperbanyak pendapatan, menambah aset dan investasi agar penghasilan bertambah. Mengambil keuntungan dari apa yang diperjuangkan dan diusahakan, jangan mengambil modal usahanya setelah itu tidak bisa berbuat apa apa.