Mahkota Mayangkara adalah judul sebuah sandiwara radio yang sangat legendaris yang merupakan sekuel kedua lanjutan Tutur Tinular karya S. Tidjab. Suatu kisah dengan latar belakang sejarah Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Jayanagara, di mana pada akhirnya terjadi pemberontakan Ra Kuti yang berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.
Mahkota Mayangkara sendiri berasal dari kata "Mahkota", "Mayang"
dan "Angkara". Secara harfiah "Mahkota" berarti hiasan kepala atau
songkok kebesaran Raja, sedangkan "Mayang" diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti semu, kemudian "Angkara" yang berarti Kebengisan atau kekejaman.
Jadi secara umum Mahkota Mayangkara bisa di artikan sebagai
sebuah kekuasaan yang bersifat semu atau sementara yang dicapai dengan
penuh angkara dan pertumpahan darah.
Ringkasan cerita
Mahkota Mayangkara berkisah tentang seorang pemuda dari kalangan rakyat jelata yang bernama Ra Kuti yang berasal dari Desa Ganding. Oleh karena mimpinya, kemudian ia berambisi menjadi Raja Kerajaan Majapahit, sebagaimana dahulu Ken Arok yang merupakan kalangan rakyat jelata namun berhasil menjadi penguasa Tumapel yang kemudian mendirikan Kerajaan Singhasari dan menurunkan Trah Rajasa.Mula-mula, Ra Kuti bermimpi kemudian menceritakan kepada istrinya yang bernama Sitangsu, dimana ia melihat bulan purnama diatas kepalanya dan berhasil meraih dengan tangannya, namun ketika bulan itu dipeluknya, mendadak warnanya menjadi merah darah. Sitangsu memperingatkan bahwa mimpi tersebut merupakan pertanda bahwa dirinya akan menjadi orang besar namun akan mengalami hal buruk yang penuh dengan pertumpahan darah. Karena ambisi Ra Kuti sangat besar, ia tidak menggubris nasehat istrinya yang berusaha untuk mencegah keinginannya.
Ra Kuti mempunyai teman baik bernama Ra Semi, bersama temannya inilah kemudian ia berangkat ke Majapahit dan memulai karirnya dengan mendaftar sebagai prajurit calon Tanda. Melihat persaingan yang sangat keras di istana kerajaan, Rakuti memutuskan untuk mengembara mencari seorang guru kanuragan. Dalam pengembaraannya, ia menantang setiap orang yang ditemuinya yang dianggapnya mempunyai kanuragan tinggi. Suatu ketika bertemu dan dikalahkan oleh Nini Ragarunting dalam pertarungan, namun Nini Ragarunting yang sedang merawat Ayu Wandira tak mau mengangkatnya sebagai murid. Ra Kuti juga bertemu dan bertarung dengan Arya Kamandanu di Gunung Arjuno, ketika kalah dalam pertarungan, ia juga memohon agar Arya Kamandanu sudi mengangkatnya menjadi murid. Tapi Arya Kamandanu yang sudah menyepi untuk merawat anaknya dan meninggalkan dunia persilatan menolaknya. Ra Kuti tidak putus asa, ia melanjutkan pengembaraannya dan sampailah di Gunung Tengger dan bertemu dengan Wong Agung, guru mendiang Mpu Tong Bajil. Kembali ia menantang Wong Agung untuk bertarung, namun dengan mudah Ra Kuti berhasil dibuat tidak berdaya. Beruntung kali ini kali ini Wong Agung bersedia menerimanya menjadi murid karena melihat begitu besarnya tekad dan kegigihan dari Ra Kuti yang pantang menyerah. Karena bakat yang dimilikinya, akhirnya Ra Kuti berhasil menguasai Aji Segara Geni tingkat tinggi hanya dalam beberapa bulan. Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke Majapahit.
Sandiwara radio
Daftar aktor dan aktris
Para aktor dan aktris pengisi suara dalam sandiwara radio Mahkota Mayangkara tersebut adalah para artis dari Sanggar Cerita dan Sanggar Prathivi, antara lain:- Petrus Urspon sebagai Ra Kuti
- Yulie Muliana sebagai Ayu Wandira
- Ferry Fadli sebagai Arya Kamandanu
- Andi sebagai Jambunada
- Nanang Niskala sebagai Jambunada, Rakai Kembar
- Ari Purnomosidi sebagai Layang Samba
- M. Aboed sebagai Arya Dwipangga (Resi Mahasadu)
- Lily Nur Indah Sari sebagai Luh Jinggan
- Lukman Tambose sebagai Ki Suroworo
- Wahyu Chandra sebagai Ki Suroworo
- Elly Ermawatie sebagai Mei Shin
- Susi sebagai Mei Shin
- Pegis Paliama sebagai Wali Kadep
- Ajeng Atmakusuma sebagai Sindu Warih
- Eddy Dhosa sebagai Prabu Jayanegara
- Chika Kusnadi sebagai Putri Tribhuwana
- Beatrix Renita sebagai Putri Rajadewi
- Hari Laksono sebagai Gajah Mada, Rakai Pamintihan
- Herman Wijaya sebagai Tabib Wong
- Endang Sagita sebagai Kalabi, Jangir
- Haryoko sebagai Panji Ketawang, Patih Nambi, Ra Kuti, Resi Mahalalita
- Naryo Ireng sebagai Patih Arya Tadah, Pradipa, Wali Kadep
- Iwan Dahlan sebagai Pranayam
- Jumali sebagai Ra Wedeng
- Mogan Pasaribu sebagai Ra Banyak, Tunggeng
- Benny Indrahadi sebagai Ra Pangsa
- Tato Sudiarto sebagai Ra Tanca
- Herry Setiono sebagai Ra Yuyu, Pangeran Kudamerta
- Rusli Pontian sebagai Ra Semi
- Bambang Jeger sebagai Pangeran Cakradara, Ra Kuti
- Idris Affandi sebagai Ramapati, Tumenggung Siwur
- Anna Sambayone sebagai Nini Raga Runting, Nyai Kepet
- Elly Burhan sebagai Nyai Ramapati
- Nenny Haryoko sebagai Nyai Patih Nambi
- Lies Mardiana sebagai Praharsini
- A.P. Burhan sebagai Wong Agung (Resi Jana Maha Dwija), Ki Buyut Pundisari
- Kasdu Dewa sebagai Brahmana Ratu Kuning
- Rini Marjan sebagai Tribhuwaneswari
- Novia Mandagi sebagai Mahadewi
- Jumirah sebagai Pradnya Paramita
- Wiwiek sebagai Rajapatni
- Elyas Gibel sebagai Ra Kuti
- Ari Sudiro Husodo sebagai Gajah Mada
- Wenda Lubis sebagai Rakai Warak, Layang Samba, Kakatang
- Rifky sebagai Senting
- Henny sebagai Sitangsu
- Suryadin Tanjung sebagai Balabur
- Yogi sebagai Pangpung
Daftar Judul Episode
Jumlah keseluruhan kisah Mahkota Mayangkara adalah 720 seri yang terbagi ke dalam 24 episode, atau setiap episode terdiri atas 30 seri dengan durasi kurang lebih 30 menit dan disiarkan setiap hari. Adapun judul-judul episodenya adalah sebagai berikut :- Langit Yang Cerah, seri 1-30 (bulan ke-1)
- Wanita-wanita Persembahan, seri 31-60 (bulan ke-2)
- Harimau Jantan dari Desa Ganding, seri 61-90 (bulan ke-3)
- Ra Kuti Mencari Guru, seri 91-120 (bulan ke-4)
- Laki-laki Pengejar Mimpi, seri 121-150 (bulan ke-5)
- Bencana Diatas Lontar, seri 151-180 (bulan ke-6)
- Tegak Bagaikan Dinding Karang, seri 181-210 (bulan ke-7)
- Mendung Bergulung diatas Pasuruan I, seri 211-240 (bulan ke-8)
- Cinta Membawa Maut, seri 141-270 (bulan ke-9)
- Pendekar Bunga Putih, seri 271-300 (bulan ke-10)
- Bunga-bunga Mekar di Gunung Lejar, seri 301-330 (bulan ke-11)
- Tiga Kuntum Bunga ditengah Rakyat Jelata, seri 331-360 (bulan ke-12)
- Dinding-dinding Hati yang Membaja, seri 361-390 (bulan ke-13)
- Langit Merah diatas Lamajang, seri 391-420 (bulan ke-14)
- Banjir Darah Di Lamajang, seri 421-450 (bulan ke-15)
- Pendekar Lengan Tunggal, seri 451-480 (bulan ke-16)
- Tujuh Orang Pengalasan Winahsuka, seri 481-510 (bulan ke-17)
- Sayembara di Wilwatikta, seri 511-540 (bulan ke-18)
- Serigala-serigala Berbulu Domba, seri 541-570 (bulan ke-19)
- Akhir Perjalanan Seorang Durjana, seri 571-600 (bulan ke-20)
- Panji Ketawang Yang Malang, seri 601-630 (bulan ke-21)
- Serigala Pemangsa Serigal, seri 631-660 (bulan ke-22)
- Pemberontakan Ra Kuti, seri 661-690 (bulan ke-23)
- Akhir Perjalanan Impian, seri 661-720 (bulan ke-24)
0 komentar :
Posting Komentar