28 Juni 2018

Menulis Berbasis Tulisan

Hari selasa, 15 Mei 2018 jam 10.09 saya mulai mengenal istilah menulis berbasis tulisan (referensi) dan menulis berbasis lisan. Selama ini saya belum mengenal istilah itu. saya mulai mengenal istilah tersebut dari Grup Whatsapp BOM yang kemudian bermetamorfosis menjadi GIM. Walaupun saya hanya silent reader, tetapi hal-hal yang saya anggap penting akan saya simpan dan masukkan ke dalam file, yang nantinya menjadi bahan saya untuk belajar mendalami dunia menulis.

Menulis berbasis referensi (tulisan) adalah menulis berdasar referensi yang kuat, artinya kita harus menguasai dan mendalami referensi dengan baik, kemudian menulis tema sesuai dengan referensi. Tidak menulis sebuah tema kemudian mengumpulkan referensi lalu menjadikannya sebuah tulisan, jika yang terakhir dilakukan berarti menulis berdasar referensi tetapi referensinya lemah. 

Menulis berbasis referensi bisa kita jadikan dua, pertama menulis dengan dasar referensi kuat dan menulis dengan dasar referensi yang lemah. contoh menulis berbasis referensi yang kuat adalah kita menulis tulisan dengan tema manajemen, maka penulis sudah membaca dan menguasai buku bertema manajemen. Berbeda dengan orang yang mau menulis tema manajemen tetapi belum pernah membaca buku tentang manajemen. Lalu ia kumpulkan buku-buku bertema manajemen untuk dibaca cepat dan mencari bahan yang cocok untuk karyanya. Hal terakhir sering dilakukan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah. Apa yang dilakukan memang memakai referensi, tetapi referensinya lemah karena kurang waktu untuk menguasai referensinya. Jadi bukan semata ada daftar pustaka, lalu disebut berbasis tulisan, tidak sesederhana itu.  

Dalam menulis tugas akhir inipun, saya berusaha untuk menulis berbasis referensi walaupun tidak terlalu idealis, artinya ada yang referensi yang kuat dan ada yang referensi lemah. saya tidak menggunakan apa yang dinamakan RR (Reading Record) tetapi mencoba mempraktekkan KC (Kartu catatan), semoga dipermudah dalam menyelesaikan tugas akhir. Aamiin. 


Sumberingin Kidul Ngunut Tulungagung
28 Juni 2018

25 Juni 2018

Mematangkan Diri

Ada sentilan bagus digrup WA yang saya ikuti. Ketika saya sedang berusaha keras untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah saya. “Menulis ada kemiripan dengan memasak makanan, yakni kalau terlalu cepat, masakan tidak matang, tapi kalau terlalu lama masakan gosong”.

Ketika kalimat itu terbaca, hati saya terasa tersentuh, paling tidak itu sesuai dengan kondisi saya saat ini yang sedang dalam tahap menulis menuju ujian ke-4 yakni seminar hasil. Hal tersebut memaksa saya untuk mengurangi waktu kebersamaan dengan keluarga dan anak-anak, untuk hari raya inipun, silaturahmi agak saya percepat ketiga mengunjungi ke rumah seseorang dan mengurangi jumlah orang yang saya kunjungi. Lebih banyak menghadiri reuni, karena disana bisa bertemu dengan banyak orang sekaligus. Waktunya lebih banyak saya gunakan menyendiri, untuk membaca dan mengetik. Bahkan istripun tidak berani mengganggu, ketika sedang serius anak-anak diungsikan. He he he. 

Sayapun sebenarnya mulai menikmati kegiatan menyelesaikan ini, Cuma sisi lain dalam diri ini merasa bersalah, terutama kepada keluarga. Meskipun di tengah-tengah kesibukan saya harus berusaha untuk bersikap adil kepada mereka, mengajak mereka bermain dan menikmati masa-masa indah mereka. 

Setelah semakin mendalami apa yang saya tulis, saya malah menemukan banyak hal yang belum saya masukkan. Saya sendiripun masih belum puas dengan apa yang saya hasilkan. Tugas akhir adalah tempat dan waktu yang baik untuk mengupgrade diri, belajar iImu dan pengetahuan, ibaratnya adalah kawah candradimuka agar kita siap menghadapi tantangan kedepan, harus dimanfaatkan sebaik mungkin.     

Semoga pengorbanan ini tidak sia-sia dan saya makin bisa menikmatinya, perkara selesai atau tidak, cepat atau lambat, itu sudah ada yang mengatur, terpenting saya berusaha untuk menulis dan menulis. 

Sumberingin Kidul Ngunut
25 Juni 2018

19 Juni 2018

Reuni Alumni Kelas F SMPN 1 Durenan

Belum puas rasanya 3 jam bercengkerama dengan teman masa SMP, masih ada yang ingin dibicarkan dan diungkapkan, ingin mengetahui  lebih banyak cerita dan kegiatan yang dilakukan masing-masing. Berawal dari grup Facebook dilanjutkan di grup Whatsapp, akhirnya mengerecut untuk mengadakan reuni setelah sekian lama berpisah. 

Terima kasih tak terhingga untuk donator yang sudah membantu terlaksananya kegiatan reuni ini, serta kesediaan teman-teman yang ikhlas membayar iuran yang digunakan untuk membeli makan dan memesan tempat di warung makan 46 Durenan, untuk seksi wira wiri dan seksi repot yang telah menyiapkan segala sesuatu. Hanya dengan membayar iuran untuk makan, sudah dapat kaos dan bisa bertemu dengan teman SMP setelah lama tidak bertemu. Nikmat mana yang kau dustakan.

Semoga dengan silaturahmi ini bisa makin mendekatkan diri kepada Allah, untuk menjaga keutuhan kebersamaan, menambah pengetahuan, karena bisa sharing pengetahuan dan hal hal yang dikuasai oleh teman-teman, memperpanjang umur, dengan bertemu kita merasa menjadi muda kembali,  bertemu dengan mas Saerohman, Mas Tomo, Mas Catur, Mas Suryani, Mas Yudi, Mbak Hanik, Mbak Mujiati, Mbak Muyatin, Mbak Siti, Mbak Arin, Mbak Endah, Mas Kukuh, membuka jalan bagi rejeki kita, bisa membantu antar teman dengan kelebihan-kelebihannya, jika ingin beli sayur harus ke mas Siswanto, jika mau membeli beras ke mbak Eni, jika ingin mendapat modal usaha ke mbak Reni, jika ingin pesan tiket ke mbak Nunik, jika ingin membeli tape bisa ke mas Wahono, ingin membeli burung ke mas Kamid, ingin pergi naik travel bisa ke Mas Runi dan lain-lain. Ada banyak hal yang bisa kita bagi. Yang belum datang Mbak Lilis, Mas Ipul. Mas Arif, Mas Andi Santoko,  yang sudah tergabung grub WA dan yang lainnya yang belum tergabung di grub, semoga tahun depan bisa bertambah personelnya 

Begitu serunya, sayang waktunya terbatas, semoga bisa lanjut terus, bagi donaturnya semoga rejekinya semakin berlimpah, yang sudah hadir bisa hadir kembali, dan yang belum bisa berkumpul untuk reuni bersama. Salam Silaturahmi..