Zaman
sekarang, memasak bukan hal tabu bagi seorang lelaki, seperti yang kita tahu,
banyak sekarang yang menjadi juru masak dan chef di hotel adalah seorang
lelaki.
Ketika
istri dalam kondisi yang belum pulih benar, maka kita perlu membantu dalam hal
ini, apalagi memasak bukan menjadi suatu hal yang aneh, karena dahulu sudah
terbiasa dengan pekerjaan itu, belajar memasak sudah dimulai sejak usia sekolah
dasar, waktu SLTA, bisa dikatakan hampir setiap hari karena posisi ada di Pondok
Salaf, sering juga adventur atau
berpetualang ke hutan-hutan bersama teman-teman yang diharuskan memasak dengan
alat yang ala kadarnya dan bumbu yang seadanya juga.
Cuma
kalau dirumah lebih sering bantu-bantu saja, kalau masak sendiri nanti bumbunya
akan cepat habis, ha ha ha, biasalah lelaki, bumbunya harus benar-benar terasa.
Kalau tidak masak ya membeli sayur yang sudah jadi, pada kondisi sehabis
melahirkan istri lebih sering minta dibelikan sayur bobor dan jenang. Kadang-kadang
juga tidak perlu beli karena mertua terlalu baik hati sehingga dibuatkan. Ha ha
ha...
Tempat
favoritku membeli sayuran adalah di utara balai desa selatan sungai (maaf tidak
disebutkan secara jelas, nanti dikira promosi, he he he), sayurnya sudah
dimasukkan dalam plastik sehingga tinggal mengambil dan menuju kekasir, tidak
perlu menunggu untuk diambilkan. Yang kedua berada di tetangga desa berada di
utara jembatan, suka beli disini karena biasanya didahulukan, mungkin karena
ganteng sendiri dan ini terbukti, ha ha ha, karena hampir semua yang beli
adalah perempuan, dasarnya adalah ketika suaminya dimintai tolong untuk membeli,
ya hanya mau satu kali itu mau, karena malas untuk antri dan menunggu lama, lebih-lebih yang banyak membeli adalah
perempuan, istilah jawanya kapok.
Memasak
ataupun membeli sayur di warung….AH SIAPA TAKUT…ha ha ha.
2 Maret 2017
2 Maret 2017
0 komentar :
Posting Komentar