Olahraga
kesukaanku sebelum kondisi tubuh terpuruk, gampang lelah dan lemas, kepala
sering nggliyeng, membaca buku tidak kuat lama, dada mudah terbakar, bernafas
terkadang sulit, leher tidak nyaman, punggung seperti ditusuk, pandangan mata
mengabur, mulai menggunakan kacamata adalah badminton, sejak kepala terasa
nggliyeng dan pusing saat bermain memaksa saya menghentikan permainan di tengah
tengah pertandingan, kalau dihitung dari awal berhenti badminton adalah 2 tahun
2 bulan, karena saya berhenti bermain badminton pada Bulan November 2018.
Sampai saat inipun saya masih belum berani bermain lagi karena merasa fisik
belum mumpumi untuk secara simultan dan terus menerus menggerakan seluruh
badan.
1
bulanan ini mulai berani kembali untuk merasakan nikmatnya rasa pedas, kecut,
dan sensasi rasa yang lain, berani menikmati keju, cokelat, walau di awal awal
ada sensasi terbakar pada dada. Hanya saja untuk kopi belum berani.
Ada
hikmah dibalik musibah, ada makna tersembunyi dibalik peristiwa, walaupun
terkadang impian diri dan tujuan sementara harus berhenti, demi untuk
memulihkan diri. Saat terpuruk itulah ada banyak hal juga yang bisa dipelajari,
mulai dari budidaya ikan gurami, lebih dekat dengan keluarga dan masyarakat
desa. Belajar hidroponik, menanam sayuran organik dan lain sebagainya.
Tetap
bergerak dan berkarya, walaupun harus sangat memperhatikan kondisi tubuh, tidak
memaksa tubuh diluar batas kemampuannya. Sabar, sedikit demi sedikit dan
perlahan kembali mengembalikan keadaan dan kekuatan tubuh, untuk memberi warna
dan berbuat lebih baik lagi bagi kehidupan. Mohon doanya kepada semua, semoga
kehidupan kedepan lebih baik dan lebih bermanfaat, barokah dan
mbarokahi...Aamiin.
0 komentar :
Posting Komentar