18 November 2009

Belajar Dari Jepang

Komunitas Terdidik: Belajar dari Jepang

akihabara.jpg
bus.jpgDari mengamati perilaku kehidupan masyarakat Jepang, sebenarnya tergambar bagaimana sebuah komunitas terdidik terlahir dari suatu sifat dan sikap yang sederhana. Yang pertama mari kita lihat bagaimana orang Jepang mengedepankan rasa “malu”. Fenomena “malu” yang telah mendarah daging dalam sikap dan budaya masyarakat Jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Di Jepang sebenarnya banyak hal baik lain terbentuk dari sikap malu ini, termasuk didalamnya masalah penghormatan terhadap HAM, masalah law enforcement, masalah kebersihan moral aparat, dsb.
eki.jpgBagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas adalah suatu contoh nyata. Orang Jepang lebih senang memilih memakai jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
densha.jpgHal menarik berikutnya adalah bagaimana orang Jepang berprinsip sangat “ekonomis” dalam masalah perbelanjaan rumah tangga. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. misal adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 10 atau 20 yen. Juga bagaimana orang Jepang lebih memilih naik densha (kereta listrik) swasta daripada densha milik negeri, karena untuk daerah Tokyo dan sekitarnya ternyata densha swasta lebih murah daripada milik negeri. Dan masih banyak lagi contoh yang sangat menakjubkan dan membuktikan bahwa orang Jepang itu sangat ekonomis.
Secara perekonomian mereka bukan bangsa yang miskin karena boleh dikata sekarang memiliki peringkat GDP yang sangat tinggi di dunia. Mereka juga bukan bangsa yang tidak sibuk atau lebih punya waktu berhidup ekonomis, karena mereka bekerja dengan sangat giat bahkan terkenal dengan bangsa yang gila kerja (workaholic). Tetapi hebatnya mereka tetap memegang prinsip hidup ekonomis. Ini sangat bertolak belakang dengan masyarakat negara-negara berkembang (baca: Indonesia) yang bersifat sangat konsumtif. Terus terang kita memang sangat malas untuk bersifat ekonomis. Baru dapat uang sedikit saja sudah siap-siap pergi ke singapore untuk shopping, atau beli telepon genggam baru.
imigrasi.jpgSifat berikutnya adalah masalah “sopan santun dan menghormati orang lain”. Masyarakat Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan gomennasai (maaf) dalam setiap kondisi yang tidak mengenakkan orang lain. Kalau kita berjalan tergesa-gesa dan menabrak orang Jepang, sebelum kita sempat mengatakan maaf, orang Jepang dengan cepat akan mengatakan maaf kepada kita. Demikian juga apabila kita bertabrakan sepeda dengan mereka. Tidak peduli siapa yang sebenarnya pada pihak yang salah, mereka akan secara refleks mengucapkan gomennasai (maaf).
Kalau moral dan sifat-sifat sederhana dari orang Jepang, seperti malu, hidup ekonomis, menghormati orang lain sudah sangat jauh melebihi kita, ditambah dengan majunya perekonomian dan sistem kehidupan. Sekarang marilah kita bertanya kepada diri kita, hal baik apa yang kira-kira bisa kita banggakan sebagai bangsa Indonesia kepada mereka ?
Bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh dan tidak mengerti moral. Kita bisa menyaksikan bahwa mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar Jepang, Jerman, Amerika dan di negara -negara lain, banyak sekali yang berprestasi dan tidak kalah secara ilmu dan kepintaran. Demikian juga kalau kita bandingkan bagaimana para pengamat dan komentator Indonesia menguraiakan analisanya di televisi Indonesia.
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa fakta menunjukkan, secara politik dan sistem pemerintahan kita tidak lebih stabil daripada Jepang, secara ekonomi kita jauh dibawah Jepang. Dalam masalah sepakbola juga dalam waktu singkat Jepang sudah berprestasi menembus 16 besar pada piala dunia tahun 2002 ini, sementara kita sendiri masih berputar-putar dengan permasalahan yang tidak mutu, dari masalah wasit, pemain sampai kisruhnya suporter.
Mengambil pelajaran dari kasus yang telah diuraikan penulis diatas. Ternyata kepintaran dan kepandaian otak kita adalah tidak cukup untuk membawa kita menuju suatu komunitas yang terdidik. Justru sikap dan prinsip hidup yang sebenarnya terlihat sederhana itulah akan secara silmultan membentuk suatu bangsa menjadi bangsa besar dan berperadaban.
Disarikan dari Tulisan Romi Satria Wahono

12 November 2009

10 Resep Sukses Bangsa Jepang

Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu (Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. 10 resep yang membuat bangsa Jepang bisa sukses seperti sekarang.
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ;) ), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Mereka juga masih menggunakan pemanas ruangan menggunakan minyak tanah, padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita :) Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang ;) Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses Jepang. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Disarikan dari Tulisan Romi Satria Wahono

03 Juli 2009

AMANAH

Menjaga amanah adalah ruh agama. Umur yang diberikan Alloh kepada kita adalah amanah. Langkah kaki kita adalah amanah.Pandangan mata kita adalah amanah. Hidup kita adalah amanah. Menjaga amanah adalah inti ajaran agama. Rosululullah bersabda, Laa diina liman laa amanata lahu. Tidak beragama orang yang tidak menjaga amanah.

KEHIDUPAN

Kehidupan memang menjadi sebuah tanda tanya bagi setiap orang, di dunia ini tiada seorangpun yang tahu. Manusia memang hanya menjalani apa yang tersaji, memaknai kehidupan menurut versi yang dialaminya.
Kata orang jawa “nrimo ing pandom” tetapi apa lantas kita hanya berdiam diri menerima apa yang terjadi pada diri kita, tanpa melakukan sesuatu yang bisa merubah kehidupan kita. “pasrah”, sering orang memaknainya dengan sesuatu yang salah, pasrah berarti berserah diri, memangbenar bahwa pasrah adalah berserah diri, tetapi tentunya setelah dibarengi dengan perjuangan habis-habisan, bukan menerima begitu saja tanpa adanya perjuangan yang dilakukan.

(3) TIGA MANUSIA

Di dunia ini ada tiga jenis manusia, satu model orang yang gagal dan mutungan, diibaratkan orang mendaki gunung, jenis manusia ini adalah jenis yang cepat putus asa. Begitu melihat gunung yang tinggi, dia segera bikin perhitungan. Lalu akhirnya memutuskan, daripada susah-susah naik, lebih baik ganti haluan. Cari kesibukan lain saja. Maka jenis ini tak pernah akan sampai ke puncak, sebab sudah ganti haluan sebelum mencoba.
Jenis kedua adalah jenis tukang berkemah. Diibaratkan sedang mendaki gunung, orang ini suka istirahat ditempat-tempat yang disukainya. Jadi, dia tidak terus mendaki, dimana dia rasa enak, dia nangkring disitu. Dan sebagaimana biasanya, kalau sudah sekali pasang kemah, duduk dan kongkow-kongkow, akhirnya jadi keenakan. Esoknya, dia akan terus saja diam disitu. Begitu selamanya. Sampai mampus dia juga tidak akan pernah sampai ke puncak.
Jenis ketiga adalah tukang panjat, orang ini memang maunya mencapai puncak. Apapun tantangannya, dia tidak peduli. Bahkan maut pun dia tentang. Mendaki puncak memang pekerjaan sulit dan berbahaya. Memerlukan tekad, latihan, dan barangkali juga harus melalui banyak kegagalan. Bukan tidak mungkin akan tamat riwayat. Tapi jenis ini terus saja mendaki. Dia tidak mau berhenti sebelum menapakkan kakinya di puncak. Biar kata di tengah jalan ada bidadari menggoda telanjang bulat atau dikasih mobil, rumah, dan duit miliaran, dia ogah. Biar kata dikasih kursi dan jabatan empuk, dia tidak peduli, biar dikata bodo, karena sudah menolak rezeki nomplok, dia kata biarin. Dia memang bukan mencari untung, bukan cari keenakan. Dia benar-benar mau mencapai puncak.

MENULIS

Entah mengapa telah begitu lama ku telah melupakan arti dari menulis itu sendiri, banyak hal yang ingin aku ungkapkan dengan menulis, semenjak sekolah dulu kuingin menjadi seorang penulis, tapi yah tantangannya cukup sulit, ada banyak sekalihalangannya, atau aku kurang teguh memegang apa yang aku pegang, ketika mengalami kendala aku tidak berusaha menghilangkannya tetapi hanya mendiamkannya dan tidak bergerak lagi, tidak berjuang lagi, diam tidak ada keinginan dan hasrat yang menggebu untuk melanjutkan apa yang kuinginkan itu. Just diam terpaku, menatap akan angan yang melayang, yang semakin lama semakin menjauh, dari gapaian sebuah impian.
Segala sesuatu memang kalau tidak dipaksakan, akan hilang juga, suatu keinginan yang menggebupun hilang ketika kita tidak kontinyu untuk melakukan itu, kita tidak memupuk dan menyirami apa yang kita jalani. Suatu keteguhan memang diperlukan untuk menjalankan sesuatu dan itu nampaknya yang belum aku punyai dengan sepenuhnya. Ada hal yang masih banyak perlu aku lakukan, masih banyak hal yang aku pelajari dari kehidupan ini. Yah belajar dan jangan pernah berhenti mengejar impian yang dicita-citakan.
Putu wijaya dalam bukunya goro-goro memberikan sesuatu yang lain dalam hidupku, menulis itu tidak perlu banyak-banyak 1 atau 2 lembar tidak masalah, tetapi itu kalau bisa rutin. Menulis apa yang kita rasakan dan alami. Akan menghilangkan rasa gundah dihati, karena kita bisa mengekpresikan apa yang kita rasakan. Dan kita akan merasakansuatu curahan suatu rasa bahwa kita akan lebih tenang lebih tenteram dan beban yang selama ini menumpuk tanpa bisa kita curahkan kepada orang lain, tanpa terasa akan tercuat menjelma dalam bentuk-bentuk kata yang merupakan isi hati kita, yah lega, tenang dan damai ketika kita bisa mengeluarkan apa yangada dalam diri, apa yang membelenggu kita.

KEMBALI KE MASA LALU

Pengin kembali ke masa lalu…hem yah… ketika tergambar wajah wajah ceria anak-anak yang lagi belajar di sekolah dasar. Yang seperti tiada beban dalam melakukan sesuatu. Yang mereka tahu bahwa dunia itu adalah indah. Tanpa ada persoalan. Dan mereka suci murni belum terkontaminasi segala racun dunia. Yang akan mengotori pikiran-pikirian suci mereka.
Ulah ulah lucu mereka membuatku tersenyum. Kadang-kadang menggemaskan dan ingin membuatku tertawa. Perbuatan mereka lepas tanpa ada halangan. Mereka bebas mengekpresikan apa yang mereka sukai, apa yang mereka inginkan..
Kadang ngiri juga sih dengan kebebasan mereka. Klo kita yang udah dibilang gede ini. Berbuat sesuatu harus selalu dipertimbangkan. Klo berbuat gini apakah akan ada efeknya buat orang lain. Klo berbuat begitu apakah ada efeknya buat orang lain.Yah serba sulit juga ya. He2. Manusia dewasa diatur oleh aturan-aturan yang secara tidak tertulis telah mengatur mereka bahkan bisa dibilang mengekang mereka (duh pe segitunya). Segala tindak tanduk mereka harus sesuai dengan aturan apa yang digariskan. (jaman feodal nih). Kayak apa ya nasib para pangeran serta putri jaman-jaman kerajaan dulu. Pasti ga enak banget. Karena setiap apa yang dilakukan sudah diatur oleh aturan kerajaan.Segala tindak tanduksegala tingkah laku harus diperhitungkan.. duh nasibnya pasti ga enak…(ga’ deng sgala sesuatu serba kecukupan/cuman g bebas ja). Duduk harus di atur, ngomong en sgala tetek bengeknya.
Orang itu memang wang sinawang. Kita selalu menilai bahwa orang lain itu nasibnya lebih baik dari nasib kita. Jadi makanya dari situ bisa timbul yang namanya penyakit iri kalo diri kita ga bisa mengontrol diri kita.
Yah masa kecil memang indah. Tapi masa dewasa juga indah sih. Indah tapi penuh beban. Atau beban itu yang membuat hidup menjadi indah. Ya. Ya. Pikir sendiri aja deh, karena Negara kita khan Negara demokrasi so semua orang berhak ngeluarin pendapat asal ga keblabasan aja.He2

FRESH

Setelah rasa penat, jenuh, bosan, ga semangat melanda mulai hari minggu kemarin, ya karena bekerja bekerja n bekerja melakukan rutinitas yang itu-itu saja, membuat kita jadi malas melakukan semua yang pernah kita lakukan. Sebelum semuanya berakibat buruk dan mengakibatkan pekerjaan terbengkalai. Akhirnya..?
Akhirnya kuputuskan hari rabu kemarin tuk berangkat ke pantai yang pada saat aku masih sekolah sering aku kunjungi bareng teman-temanku, pantai yang menjadi saksi bagaimana aku tumbuh seperti sekarang, disana sudah banyak hal yg pernah aku lakukan, dimulai dengan berangkat dari kota kesana dengan jalan kaki, menelusuri, menerobos pohon-pohon dihutan, belajar repling, snepling, berkemah dan banyak lagi yang lain.
Banyak hal yang bisa kupelajari disana, terutama semangat berjuangnya. Jalan kaki kesana butuh beberapa jam, dengan tas dipunggung yang membawa berbagai peralatan berkemah, mulai dari tenda, tali, kebutuhan sehari-hari sampai dengan kompor, (kayak boyongan rumah ja), artinya kalau kita tidak punya semangat mo nyampai kesana mana mungkin kita bisa nyampai..(mending dirumah aja, makan dan minum dah tersedia, ga perlu capek-capek, mo hiburan tinggal nyalakan remote control tuk menghidupkan tivi, pokoknya serba enak deh tanpa harus bersusah payah). Cuman kalau kita pikir semacam itu..terbiasa melakukan hal-hal yang perlu tantangan akan meningkatkan daya juang kita ketika kita menghadapi masalah..tidak mudah menyerah..tidak mudah putus asa….beda dengan orang-orang yang terpola hidup serba enak (walau ga smuanya sih). Ada orang yang ketika ingin mendapatkan sesuatu harus berusaha sedikit demi sedikit menabung sampai beberapa lama…ada yang tinggal nodong ortu…cuman disini rasa kepuasan terhadap sesuatu pasti beda…rasa memiliki akan beda…penghargaan terhadap proses akan berbeda…tinggal lho.nya maunya gimana (klo q sih maunya yang langsung ada, cuman ga bisa,,karena ortu cuman pas-pasan ja..ha2…tapi q bersyukur dengan itu semua..alhamdulillah diberi kesempatan untuk berusaha).
Dalam perjalanan kesana,..kulihat hutan dah semakin gundul,..padahal dulunya lebat sekali, lebat menghijau, pohon jati dimana-mana..bahkan pos polisi yang dulu terawatt rapipun sekarang sudah tidak terawatt lagi..dah hilang gentengnya…(nasib2). Tergantikan dengan tanah yang ditanami jagung oleh warganya. Kebetulan kemarin pas panen..jadi bisa lihat senyuman yang terpampang jelas diwajah mereka.
Namun cuacanya makin panas..tidak sesegar dulu…pandangan hijau bisa menyegarkan mata yang memandang sekarang kondisinya menyedihkan dimana-mana gunung yang gundul.. (jadi teringat lagu anak2 nih, gundul-gundul pacul cul…gemblengan…nyunggi-nyunggi wakul gemblengan. Wakul glembang segane dadi sak ratan)..mungkin bisa terjadi semacam, karena kondisi gunung gundul, bisa menyengsarakan masyarakat sendiri, dengan sumber air yang makin menipis.. karena tidak ditahan, langsung merembes menuju laut. Kondisi tanahpun membahayakan bisa terjadi longsoran. Bahkan kondisi jalan yang dulunya bagus sekarang sudah berlubang-lubang disana sini. Menyebabkan perjalanan jadi tidak nyaman. Salah satu penyebab global warming nih…makanya orang-orang luar kecewa..soalnya banyak hutan Indonesia yang sekarang gundul, ga bisa lagi dijadikan paru-parunya dunia..(kebutuhan ekonomi lebih mendesak daripada kebutuhan jangka panjang, ya gitu deh)..
Jam nunjukin pukul dua kurang, ku tiba disana dengan suasana agak gerimis, nambah asyik deh..Pantai-pantai teriakku..wow dah lama juga ga kesini, masih seperti dulu, pantainya masih asri, belum terjamah teknologi, senang dah, sungai air tawarnya yang langsung menuju kelaut..heem..Melepas kaos kuning (oleh-oleh dari jogger waktu akhir tahun 2008 kemarin sempat main-main ke bali selama 5 hari), pakai celana pendek.. habis tu lari-lari biar tubuh keringat (ntar klo pas berenang terlalu lama ga terjadi kram) sampai ke ujung pantai.
Byur..byur (kecipak)..suara ketika tubuhku masuk ke air….huh…leganya, damainya, tentramnya, hah….kucoba berenang agak ke tengah, (huh lelah juga dah lama ga berenang nih) pakai gaya yang macam-macam, bebas, punggung, n gaya batu, he2. akhirnya sampai ke salah satu perahu, kucoba naik,,uh…kakiku terkena sesuatu, perih terasa, kakiku di jempol ma telunjuknya tergores, seperti kerang, karena memang dibawah perahu sudah agak lumutan, ga jadi naik deh, (biasanya mesti naik sih), akhirnya kembali lagi ke pinggir, teriak sekenceng2nya ngelepas penat, segala beban yang membebani, menumpahkan segala kebosanan, kejenuhan, semua ikut keluar dengan teriakan yang keras…..lega..alhamdulillah…
Istirahat bentar, tiduran, menghadap kelangit, senyum mengembang dibibir…ga lupa juga sambil makan camilan, (yang dibeli di toko sebelum berangkat, ada keripik goreng, kacang biji, ma sesuatu yang isinya coklat, tahu deh pa,),..oh dunia masih indah, dunia masih indah..kuberikan senyuman untuk dunia. Sambil nyanyi-nyanyi lagu-lagu yang hapal..he2..
5 kurang dikit, ke tempat mandi, bawa shampoo n sabun cair, keramas n mandi, huh segarnya badan sesegar hati ini…habis tu sholat n cabut dari pantai..
Kira2 jam 6an sampe kota, sholat dulu, habis tu beli dara n bebek goreng, wuih gurih n nikmat banget, sambil minum ronde tuk penghangat tubuh..
Jam 8.30 pe rumah,,, Alhamdulillah semua dah kembali seperti semula, semangat 45 tumbuh lagi tuk mengejar masa depan, surat ijin penelitian hari jumat dah selesai, besok hari senin penelitian mencari data buat tesis..ok..do your best for your future…good luck
11 Februari 2009

WARUNG KOPI JODOH

Akhir-akhir ini kusering keluar malam, yah dalam rangka ngobrol tentunya ma sohib karibku, ya dia punya niat tahun ini kalo bisa sudah menikah,lha wong usianya sudah hampir mendekati kepala tiga. Nanti selak ketuween banget. He2. Ada 2 tempat yang jadi tempat favoritku ngobrol sama dia, semuanya dekat sungai sambil dengerin suara air mengalir, palagi yang dekat pondok, suara gemericik air terdengar menentramkan kalau dah malam (disana pernah pe jam 1 or lebih).
Inna Khalaqnakum min dzaarin wa untsa….lita’arafu…..”kata Tuhan…..Kuciptakan kalian menjadi lelaki dan wanita…untuk saling berkenalan. Saling berkenalan. Boleh di toko, supermarket, diterminal, distasiunmaupun di café, dimanapun tempatnya. Mencari jodoh itu mulia.
Di warung inilah terjadi dialog, menyusun strategi bagaimana caranya agar segera mendapatkan seorang istri, he2. (kayak mo perang aja). Pokoknya ketika temanku itu mendengar ato ada seorang cewek yang…..hemmm (maksudnya yang pas dihati). pasti deh akan ke warung kopi, nyusun strategi, bentuk tim pencari fakta (informasi ding), buat mengetahui segala sesuatu tentang cewek, dah punya pacar blum, minimal dapat no handphonenya…he2..perkara lain-lain urus belakangan.
Pernah sih keluarganya, dari mbak…sampai pakleknya mencarikan, cuman ya itu, tidak sreg, tidak cocok, kurang stroom, dia tidak siap untuk tiba-tiba kawin dengan segala resikonya, macam-macam pokoknya, akhirnya mundur deh..dan pasrah nyerahin semuanya pada sohibku ini.
Ternyata dia butuh approach. Dialog, proses, yang sebenarnya – biasanya – ditempuh lewat pacaran. Tidak siap untuk sendiko dawuh seperti pada jaman dahulu,,,susah. Ya klo urusan gini kan juga berbicara masalah hati juga.
Sudah 4 Number HP yg kuberikan kepadanya, yang 3 kurang stroom, artinya kurang sreg, yg 1 nomer pernah diajak main, bahkan nyampe pacaran, cuman karena dari pihak perempuan ada persoalan keluarga sehingga tidak bisa diteruskan. Ya sulit-sulit susah sih. Namanya juga belum ketemu jodoh. Pernah juga karena beberapa waktu nganggur. Akhirnya mengacak nomer HP, kalo yang punya cowok, segera dimatikan, kalo cewek diteruskan dengan sms, kalo dapat tanggapan bagus diteruskan dengan telpon-telponan, hampir tiap hari deh. he2.. ya namanya juga sudah ngebet pengin kawin.
Kurang lebih tiga minggu lalu, ku mengantar dia ke kota tempat kenalannya lewat acakan nomer. Hampir 2 jam perjalanan, lumayan jauh, apalagi dengan cuaca hujan, sayang banget, nampaknya dia kurang sreng, ya akhirnya pulang dengan kekecewaan deh, selain tu pakaian basah semua, yah maklum hampir dalam perjalanan pulang hujan turun deras banget. Pake mantel dah ga mempan.
Ketika menuju pulang kita istirahat si suatu kota, ngopi dulu biar tubuh agak hangat, walau dengan pakaian yg basah, setelah itu sempet nonton atraksi musik dari band kobe (yg terkenal ma lagu positive thinkingnya).
Ya tetap positive thinking ajalah, mungkin belum ketemu jodoh yang Tuhan berikan ma kamu, yang penting dah berusaha, perkara belum dapatnya khan itu dah da yang ngatur. Jodoh, mati, rezeki tu rahasia tiada yang dapat mengetahuinya selain Alloh, keep spirit man, teruskan perjuanganmu, ku kan selalu mendukungnya..yakin ja Tuhan bakalan ngasih yang terbaik buat kamu. Yang sabar ja.
Buat sohibku : yang semangat ya, jangan putus asa…go..go…guys..
Jam 00.19 pagi, 26 Februari 2010