27 November 2012

Jujur Kepada Anak

Kejujuran adalah kunci utama keberhasilan hidup. Namun sayang banyak orang tua yang menginginkan anaknya untuk berkata dan berlaku jujur, tapi dirinya sendiri tidak berkata dan berlaku jujur kepada anaknya. Kejujuran tidak akan dating begitu saja, tapi harus diusahakan dan diupayakan melalui kerja keras dan pembiasaan sejak dini.
Jujurlah dalam setiap kondisi dan keadaan. Jangan pernah menipu anak. sebuah contoh kasus adalah menipu anak saat hendak meninggalkannya, untuk pergi ke kantor misalnya.
Bila hendak pergi kekantor tetapi anak tidak mengijinkannya, langkah apakah yang akan ditempuh ? berdiskusi dengan si kecil atau memilih meniounya dengan cara pergi diam-diam ? jujur harus kita akui bahwa sedikit sekali, bahkan mungkin hanya nol koma sekian persen saja, orang tua yang mau mengalah dan berdiskusi dengan anaknya agar si anak mau sukarela melepas orang tuanya pergi bekerja. Kebanyakan dari kita akan memilih untuk pergi secara diam-diam, menyelinap keluar rumah seperti maling ! setelah si anak sadar bahwa ia telah ditipu oleh orang tuannya, betapa hancur dan kecewa hatinnya. Sejak itu telah tertanam benih di dalam dadanya orang tuaku bukanlah orang yang jujur.
Cobalah berdiskusi dengan si kecil. Beri pengertian kepadanya, bahwa ayah atau ibu harus berangkat ke kantor. Kalau ayah atau ibu tidak bekerja, terus uang untuk beli susu darimana ? atau kalau ayah atau ibu tidak bekerjaa darimana dapat uang untuk beli mainan atau beli jajan ?
Hal ini tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan, atau semacam orang bermain sulap. Dengan satu kali diskusi lalu tiba-tiba bim salabim..si anak langsung mengerti. Tapi yakinlah, lama kelamaan anak Anda pasti mengerti. Dengan kesabaran dan hati yang tulus pasti niat baik Anda akan tercapai.
Contoh lainnya adalah makanan. Masih ingat akan mitos brutu ayam dapat membuat orang jadi pelupa ? mitos ini sangat sering didengung dengunkan agar anak tidak mau makan brutu ayam. Apakah pernah ada sebuah penelitian ilmiah yang telah berhasil membuktikan ada korelasi antara makan brutu ayam dengan menjadi pelupa ? hingga saat ini belum pernah ada sebuah penelitianpun yang dapat membuktikannya.
Tidak ada kata terlambat. Berusahalah untuk menjadi orang tua yang selalu berkata dan berlaku jujur. Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur dan mengerti kebutuhan anak.

25 November 2012

COBAAN

Gelombang air laut pasti menepi untuk menghantam karang, demikian juga dengan manusia, cobaan pasti akan menghempas kehidupanya, tinggal bagaimana dia menikmati pasang kehidupan; sedih, kecewa, lapang, gembiran, senang, yah beraneka warna. Tergantung dari kedewasaan seseorang dalam memaknai hidup. Apapun bentuk suatu gelombang, ketika ia tegar, siap menantang, tentu dia akan menerima dengan hati yang lapang, sebagai suatu hal yang tidak terpisahkan dari bagian kehidupan.

24 November 2012

Present Continuous Tense


Verbal
Example
(+) S + is/am/are + V-Ing + O
(-) S + is/am/are + not + V-ing + O
(?) is/am/are + S + V-ing + O
(+) She is eating rice
(-) she isn’t eating rice
(?) is she eating rice
Usage
Time Signal
Menyatakan aktifitas yang sedang terjadi saat kita berbicara sekarang ini :
She is sweeping the floor now
(dia sedang menyapu lantai sekarang
Now (sekarang)
Right now (sekarang juga)
At present (saat ini)
Nowdays (sekarang ini)
This morning (pagi ini)
Qustiion Words
Examples
Rumus umum
(s) QWs + is + V-ing + O ?
(v) QWv + is/am/are + S + doing
(o) QWo + is/am/are + S + V-ing
(a) QWa + is/am/are + S + V-ing
They are eating rice in the inn
   a               b     c        d
a. who is eating rice in the inn ?
b. what are they doing in the inn ?
c. what are they eating in the inn ?
d. where are they eating rice ?

Simple Present Tense

The Simple Present Tense adalah tenses yang paling banyak digunakan, dan karena paling banyak maka pembahasannya juga akan lebih panjang. Arti simple yaitu sederhana, sedangkan present adalah sekarang. Jadi bisa dikatakan bahwa Simple Present adalah tenses (pola kalimat) yang digunakan untuk menceritakan waktu sekarang dalam bentuk sederhana. Nama lain daripada Present adalah BENTUK 1.
Jadi kapanpun Anda melihat kata present dalam tenses apapun, bisa dipastikan bahwa dia menggunakan bentuk 1 – bentuk apa? ya bentuk verb, karena semua predicate itu wajib verb bukan, coba lihat posting awal grammar basic ini. Coba liat contoh-contoh kalimat dengan Simple Present dibawah ini
TOBE
I am a teacher
You are a teacher
We are teachers
They are teachers
He is a teacher
She is a teacher
It is my cat
Kalau Anda mengamati, maka kalimat diatas semuanya mengggunakan PREDICATE-1 atau predikat dalam bentuk 1, lihat saja tobe nya tidak lepas dari AM – IS – ARE. Contoh diatas adalah The simple present tense dalam bentuk nominal, karena semua kalimatnya menggunakan tobe-1
Apakah ada bentuk lainnya? Ada, yaitu The Simple Present Tense dalam bentuk VERBAL. Yaitu yang tidak memiliki tobe tapi memiliki verb. Nanti akan di terangkan. Untuk saat ini cukup kita simpulkan bahwa ada 2 (dua) jenis Simple Present yaitu
1. Nominal Simple Present
2. Verbal Simple Present

Untuk mengubah kalimat NOMINAL SIMPLE PRESENT kedalam bentuk negative (menyangkal) ataupun interrogative (bertanya) sangatlah mudah, amati
(+) You are a teacher
(- ) You are NOT a teacher
(? ) Are you a teacher?
Okey, silahkan Anda pahami dan tugas Anda sekarang adalah buatlah minimal 10 kalimat dengan menggunakan Nominal Simple Present ini.
Sekarang kita lanjutkan pada pola kalimat VERBAL SIMPLE PRESENT – yaitu simple present yang tidak menggunakan tobe, tetapi VERB1 sebagai predicate1 nya.. Amati contoh berikut
Subjective
Pronouns Example
I I work
You You work
We We work
They They work
He He works
She She works
It It works
Lihat, untuk awalan HE, SHE, IT .. verb nya menggunakan _s. Amati kembali contoh berikut
He runs every morning
She teaches English
John has an English books
Untuk kata kerja yang berakhiran bunyi DESIS (hissing sounds – x, ch, s, sh), kita menggunakan akhira _es. sehingga menjadi : teaches, mixes, washes, kisses .. dsb.
Exercise 1 :
read – John reads in the morning
1. read
2. sing
3. study
4. work
5. arrive
6. leave
7. practice
8. write
9. watch
10. finish
11. mix
12. pass
13. go
14. have
15. pray
Answer keys :
3. John studies
9. John watches
10 John finishes
11. John mixes
12. John passes
13. John goes
14. John have(s) -> John has
15. John prays
Amati kembali contoh kalimat ini :
3. (study) -> John studies
15. (pray) ->John prays
Untuk verb study – sebelum huruf Y adalah huruf konsonan D, itulah sebabnya menjadi STUDIES
Untuk verb pray – sebelum huruf Y adalah huruf vokal A, itulah sebabnya tetap PRAYS
Exercise 2 : Yang mana HAVE dan HAS
We -> We HAVE coffee in the morning
He -> He HAS coffee in the morning
1. he
2 John and Mary
3. they
4. Mr. Allen
5. she
6. Mary
7. the students
8. my brothers
9. my brother
10. You and I
11. he and she
12. Mary’s sister
13. Mary’s sisters
14. the teacher
15. people
Dalam belajar Grammar tidak boleh terputus. Tentunya Anda sudah tahu bahwa ada 3 kelompok Tenses yaitu Present Tense, Past Tense dan Future Tense setiap kelompok masing-masing memiliki 4 tenses. Dimana untuk setiap tenses nya ada yang memiliki tipe Verbal dan Nominal.
Sampai sini berhenti dulu ..jangan lanjut baca kecuali Anda yakin paham, hehe. Okey lanjut lagi, untuk Simple Present memiliki tipe Nominal atau yang predicate nya Tobe1 serta Verbal yang predicatenya Verb1. Masih paham dong, okey kita lanjut lagi. Untuk Nominal Simple Present, Anda sudah sangat memahami bagaimana menggunakan Tobe untuk setiap subjective pronounsnya, sedangkan untuk Verbal Simple Present – semua yang diawali dengan He, She, It maka verb nya mendapatkan tambahan +S sbb.
I write
You write
We write
They write
He writes
She writes
It writes
Begitupun pada kata kerja HAVE seperti He Have(s) mendapatkan tambahan (s) – sehingga kalimat tersebut menjadi HE HAS.
Perubahan Kalimat Negative dan Interrogative
I
You DON’T (do not) GO
We
They
contoh : I don’t go, You don’t go, We don’t go, They don’t go. Selanjutnya amati sbb.
He
She DOESN’T (does not) GO
It
Amati, pada kalimat negative/interrogative yang berawalan He, She, It kata kerja nya (verb) nya kembali normal TIDAK MENGGUNAKAN +S lagi karena sudah ada DOES.
(+) You write
(-) You DON’T write
(?) DO you write?
(+) He writes
(-) He DOESN’T write
(?) Does he write?
Amati contoh lain
(+) You have a book
(-) You DON’T have a book
(?) DO you have a book?
(+) He has a book
(-) He DOESN’T have a book
(?) DOES he have a book?
Exercise 1 : Ubahlah kedalam kalimat (-) dan (?)
1. You have a car
2. My sister has a car
3. My sisters have a car
4. You and I learn English
5. John and Bill sing
6. The cat drinks
7. Joe has breakfast
8. Our brother teaches
9. Our brothers work
10. John’s sisters have a car

Tehnik Wawancara

Mike Fancher, Wartawan Seattle Times Dalam Kusumaningrat  2005: 189. Menyatakan :

“Kunci wawancara yang baik “memungkinkan sumber berita mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkannya, bukan memikirkan apa yang hendak dikatakannya”



Sekilas Sejarah

Teknik wawancara dikenal pada abad ke-19, ketika pertama kalinya sebuah wawancara  disajikan sebagai suatu karya jurnalistik oleh James Gordon Bannet pada 1836. Namun semua Koran di London mencemoohkannya, karena dinilai cuma bualan yang merendahkan praktik jurnalistik.

Di Amerika Serikat, pada 1700-an, awal tumbuhnya persuratkabaran, wartawan negara itu belum menjadikan wawancara sebagai faktor penting  praktik jurnalistik. Presiden Lincoln yang terkenal itu sering bercakap- cakap dengan wartawan, namun tidak pernah wartawan tersebut mengutip percakapan mereka. Charles Nordhhoff, Redaktur Pelaksana The Evening Post, New York menulis percakapannya dengan Presiden Andrew Johnson, namun tulisannya itu tidak pernah dimuat oleh pemimpin redaksinya.

Baru pada abad ke-20, praktik wawancara diakui dan  mencapai puncaknya.  James  Reston,  Bob Woodward dan Carl Bernstein menelurkan  karya jurnalistik  yang  hebat  berdasarkan  wawancara mereka.  Era  interview  journalism  berlanjut sampai  sekarang  bahkan  wawancara  dianggap sebagai  tulang  punggung  pekerjaan  jurnalistikserta  kemampuan  dan  keterampilan  yang mutlak dimiliki wartawan.

Pengertian Wawancara

Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah.

Format Berdasarkan Tujuan Wawancara :

Wawancara pekerjaan:

untuk kepentingan bekerja, seleksi dan promosi

Wawancara Informatif:

untuk memperoleh informasi, misal wawancara pada liputan 6, wawancara yang dilakukan reporter.


Wawancara administratif:

untuk mendisiplinkan aturan, misal siswa yang bolos pelajaran dipanggil guru untuk mengingatkan .


Wawancara konseling (intake inerview):

untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada klien dalam rangka membantu mengatasi masalah klien

(Yurnaldi (1992 : 69).

Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data dan fakta dalam rangka penyusunan berita, agar menjadi berita yang memenuhi persyaratan sehingga layak dimuat di media massa.
Kegiatan wawancara bertujuan menggali sebanyak mungkin informasi; untuk mendapatkan jawaban yang bernilai penting, menarik, dalam, dan secara psikologis berkaitan dengan manusia.

WAWANCARA ITU OBROLAN BIASA.
BERSIKAPLAH ALAMIAH, WAJAR, JANGAN DIBUAT-BUAT!

Wawancara Kasar

•Jika hanya menginginkan  komentar atau pernyataan tentang suatu peristiwa/kasus.

•Biasanya dikerjakan untuk pemberitaan atau peristiwa aktual

•Pendek dan sederhana.

Wawancara Halus

• Untuk menggali lebih Detil sebuah kasus.

• Untuk mendapatkan pengalaman pribadi.

• Lebih lama dari wawancara kasar.

Jenis Wawancara

1. Wawancara berita (news peg interview)

yaitu,  wawancara  yang  dilakukan  untuk  memperoleh  keterangan,  konfirmasi atau pandangan narasumber  tentang suatu masalah atau peristiwa. Wawancara Informatif   (informative  interview)   biasanya  digunakan  oleh  seorang  “ahli” untuk mengungkap sebuah isue atau kejadian.

2. Wawancara Pribadi (personel interview)

yaitu  wawancara  untuk memperoleh  data  tentang  pribadi  dan  pemikiran  seseorang (narasumber).  Berita  yang  dihasilkan  berupa  profil  narasumber,  meliputi  identitas  pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah yang  terkait profesinya. Biografi.

3. Wawancara Menghibur (Intertainment Interview)

Seorang,  aktor,  atau  penyanyi  terkenal  namun  tujuan  utama  dari  wawancara  ini  adalah Menghibur.  Sehingga  topik  yang  dipilih  bukanlah  masalah  yang  serius.  Diharapkan anekdot atau cerita lucu dari narasumber.

4.  Wawancara  Ekslusif   (exclusive  inteview)

yaitu wawancara  yang dilakukan  seseorang wartawan  atau  lebih  (tetapi  berasal  dari  satu media) secara khusus berkaitan masalah  tertentu di  tempat yang  telah disepakati bersama.

5. Wawancara Kelompok(symposium interview).

Wawancara ini  dilakukan  lebih  dari  satu  orang  sumber  berita  dalam  satu  kesempatan.

Kesempatan  seperti  ini biasanya muncul  ketika  terjadi  peristiwa  bencana alam  atau kriminalitas, namun bisa  juga  untuk keperluan menulis  feature keluarga yang berhasil.

6. Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview)

wawancara  yang  dilakukan  seorang  wartawan  dengan  menghubungi berbagai  interview secara  terpisah yang satu sama  lain mempunyai kaitan dengan  masalah  atau  berita  yang  akan  ditulis.  Misalnya,  ada  peristiwa kebakaran.

7. Wawancara Emosional (Emotional Interview)

Menunjukkan perasaan orang yang diwawancara, misalnya: korban penggusuran atau korban perampokan

8.Wawancara Prio-kontra atau Menantang ( Challenging Interview)

Bertujuan untuk mendapatkan konfirmasi ; penjelasan, pembelaan dan komentar terkait isu kontroversial.

Persiapan Wawancara

1. Penentuan tema.

2. Menentukan Angle.

    Membuat pertanyaan tentang apa yg kita tulis

3. Susunlah Outline

    Misal, tema, Angle, latar belakang masalah, Nara sumber, Daftar Pertanyaan

Mengumpulkan Informasi dengan Tepat

Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.

langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:

1.   Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.

2.   Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.

3.   Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.

4.   Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.

5.   Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.

6.   Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.

7.   Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.

Tehnik Reportase atau Tehnik meliput Berita

 Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa.

Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya.

Perbedaan visi, misi dan ideologi ini akan berpengaruh pada sudut pandang atau angle peliputan. Dua media yang berbeda bisa mengambil sudut pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa yang sama. Bandingkan, misalnya, cara pandang redaktur harian Kompas dan Republika terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, yang telah memancing kontroversi sengit di sejumlah kalangan belum lama ini.

Terakhir, tentu saja segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut secara tak langsung juga berarti melakukan seleksi terhadap apa yang layak dan tidak layak diliput. Trans TV, misalnya, memilih khalayak dari kalangan sosial-ekonomi menengah ke atas. Majalah Femina membidik pasar kaum perempuan berusia menengah ke atas, yang tinggal atau bekerja di perkotaan. Sedangkan Radio Hardrock FM mengejar pasar kaum muda di Jakarta.


Kelayakan Berita


Berikut ini adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media:

Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau durasinya untuk materi liputan yang remeh. Kenaikan harga bahan bakar minyak, pemberlakuan undang-undang perpajakan yang baru, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan sebagainya, jelas penting karena punya dampak langsung pada kehidupan khalayak.


Aktual. Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada ungkapan tentang berita "hangat," artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau peristiwa itu sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut berita "hangat," tetapi lebih pas disebut berita "basi." Namun, pengertian "baru terjadi" di sini bisa berbeda, tergantung jenis medianya. Untuk majalah mingguan, peristiwa yang terjadi minggu lalu masih bisa dikemas dan dimuat. Untuk suratkabar harian, istilah "baru" berarti peristiwa kemarin. Untuk media radio dan televisi, berkat kemajuan teknologi telekomunikasi, makna "baru" adalah beberapa jam sebelumnya atau "seketika" (real time). Contohnya, siaran langsung pertandingan sepakbola Piala Dunia.

Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing, itu unik dan luar biasa. Contoh lain: Seorang mahasiswa yang berangkat kuliah setiap hari, itu kejadian rutin dan biasa. Tetapi, jika seorang mahasiswa menembak dosennya, karena bertahun-tahun tidak pernah diluluskan, itu unik dan luar biasa. Di sekitar kita, selalu ada peristiwa yang unik dan tidak biasa.


Asas Kedekatan (proximity). Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita. Kebakaran yang menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta tentu lebih perlu diberitakan ketimbang peristiwa yang sama tetapi terjadi di Ghana, Afrika. Perlu dijelaskan di sini bahwa "kedekatan" itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau kedekatan geografis. Ada juga kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, misalnya, secara geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.

Asas Keterkenalan (prominence). Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli 2006 ini ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak antara keduanya. Padahal di Indonesia ada ratusan atau bahkan ribuan pasangan lain, yang bercerai dan terlibat sengketa rumah tangga. Namun, mengapa mereka tidak diliput? Ya, karena sebagai bintang sinetron dan bintang iklan sabun Lux, Tamara adalah figur selebritas terkenal.

Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000 buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma diikuti 100 buruh. Kecelakaan kereta api yang menewaskan 200 orang pasti lebih besar magnitude-nya daripada serempetan antara becak dan angkot, yang hanya membuat penumpang becak menderita lecet-lecet. Semakin besar magnitude-nya, semakin layak peristiwa itu diliput.


Human Interest. Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput. Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.

Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik untuk diliput. Ketika ppahlawan sepakbola Perancis, Zinedine Zidane, "menanduk" pemain Italia, Marco Materrazzi, dalam pertandingan final Piala Dunia, Juli 2006 lalu, ini menarik diliput. Mengapa? Ya, karena sangat menonjol unsur konflik dan kontroversinya. Bahkan, kontroversi kasus Zidane ini lebih menarik daripada pertandingan antara kesebelasan Perancis dan Italia itu sendiri.


Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang saja. Misalnya, suatu gaya mode tertentu yang unik, perilaku kekerasan antar warga masyarakat yang sering terjadi, tawuran antarpelajar, dan sebagainya.

Dalam memilih topik liputan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan. Misalnya, kasus mantan anggota The Beatles, John Lennon, yang pada 1980 tewas ditembak di depan apartemennya di New York oleh Mark Chapman. Padahal beberapa jam sebelumnya, Chapman sempat meminta tanda tangan Lennon. Chapman mengatakan, ia mendengar "suara-suara" di telinganya yang menyuruhnya membunuh Lennon.
Mari kita lihat kriteria kelayakan berita ini. Pertama, Lennon adalah seorang selebritas yang terkenal di seluruh dunia (unsur keterkenalan). Kedua, penembakan terhadap seorang bintang oleh penggemarnya sendiri, jelas peristiwa luar biasa dan jarang terjadi (unsur keunikan). Ketiga, meskipun peristiwa itu terjadi di lokasi yang jauh dari Indonesia, para penggemar The Beatles di Indonesia pasti merasakan kesedihan mendalam akibat tewasnya Lennon tersebut (unsur kedekatan emosional). Dan seterusnya.

Proses pembuatan berita

Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan.
Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi, yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas berita yang dihasilkan.
Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur, bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber. Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si
jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya.

Kejadian Bernilai Berita

Kejadian yang menyangkut kepentingan bersama atau kepentingan umum. Kepentingan bersama ini masih dapat dibeda-bedakan menurut lingkungan :

Lingkungan sekolah    : Mading

Lingkungan daerah     : Surat Kabar Daerah

Lingkungan Nasional  : surat kabar pusat

Contoh Tidak Bernilai Berita

1. Bagi majalah dinding :

    Adik jatuh dari meja hingga patah tangannya dan dibawa ke rumah sakit
2. Bagi surat kabar daerah

    mulai tanggal 1 bulan depan uang sekolah di smp saya naik 20 %
3. Bagi surat kabar pusat

    Dua orang gelandangan mati terlempar di muka lorong gang kelinci

Contoh Bernilai Berita

1. Bagi Majalah Dinding

    Bapak Kepala Sekolah jatuh dari sepeda motornya hingga perlu dirawat di rumah sakit

2. Bagi Surat Kabar Daerah

    Mulai tanggal 1 bulan depan uang sekolah naik 20 %

3. Bagi Surat Kabar Pusat

     Di Kota S Jumlah Gelandangan dan penganggur meningkat


Proses pembuatan berita

Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan.
Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi, yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas berita yang dihasilkan.
Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur, bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber. Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si
jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya.

Menggali Informasi

Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi, yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk melalui tiga lapisan atau tahapan peliputan:

Lapisan pertama, adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar berita. Informasi ini digali dari bahan yang disediakan dan dikontrol oleh narasumber. Oleh karena itu, isinya mungkin masih sangat sepihak. Jika reporter hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan siaran pers humas menjadi sangat tipis.

Lapisan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal. Misalnya, ketika si reporter tidak mentah-mentah menelan begitu saja keterangan Humas PT. Lapindo Brantas, tetapi si reporter datang ke lokasi meluapnya lumpur, dan mewawancarai langsung para warga korban lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur.

Lapisan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).

Seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain, yang kadang-kadang berusaha memanipulasi atau memanfaatkan pers. Salah satu taktik yang dilakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian media.


Verifikasi, pengecekan latar belakang, observasi langsung, dan langkah peliputan yang serius bisa memperkuat, dan kadang-kadang membenarkan bahan-bahan awal yang disediakan narasumber.



diambil dari berbagai sumber

08 November 2012

Penulisan Berita


1. Judul Berita (Headline)
  1. Berfungsi menolong pembaca yang  bergegas mengenal  kejadian di sekelilingnya.
  2. Dengan teknik grafika tipe-tipe huruf, judul  berita dapat ditonjolkan sehingga menarik orang untuk membaca.
  3. Mengapa bergegas? Karena sifat manusia modern yang serba tergesa sehingga banyak pembaca yang hanya membaca judul berita. 

Membuat Judul/Kepala Berita
Pokok berita
Sebuah ladang minyak baru di Papua mulai akhir tahun ini akan memproduksi minyak 30.000 barel sehari, demikian diumumkan jumat. Di Denver , AS
Judul Berita
“Sumur Minyak Baru di Papua”

Pokok berita :
Dewan Pimpinan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) cabang Purwodadi Grobogan belum lama ini memutuskan untuk membubarkan diri dengan berdasarkan beberapa pertimbangan
Judul Berita
“Parkindi Cabang Purwodadi Bubarkan Diri”

Pokok Berita
Sehubungan dengan semakin mengganasnya penyakit demam berdarah di Semarang yang tidak sedikit membawa korban, murid sekolah di Semarang kini diwajibkan membawa “obat nyamuk” di sekolah guna menghindari adanya gigitan nyamuk.
Judul
“Gara-gara Wabah Demam Berdarah : Anak-anak Sekolah di Semarang diharuskan Bawa Obat Nyamuk”.   

2. Baris Tanggal (dateline)
Umumnya tanggal berita dibuat singkatan dari surat kabarnya atau sumber beritanya.
Contoh: Harian Suara Karya menggunakan Madiun, Sabtu (SK)
Baris tanggal tersebut mensunjukkan bahwa berita tadi ditulis di Madiun di tempat kejadian dan saat ditulisnya adalah pada hari Sabtu. Kependekan SK menunjukkan bahwa berita didapat dari wartawan Suara Karya sendiri. Sebab kependekan tsb bisa dari kutipan media massa lain. Misalnya, Antara

3.  Teras Berita
Menulis teras berita merupakan bagian yang tersulit.
Karena harus menyajikan fakta penting dan menarik minat pembaca.
Ada seloroh: bahwa menulis lead sama dengan mencium gadis, jika kamu dapat sekali maka yang lainnya akan mudah.
Karena ingin menonjolkan bagian penting, teras berita  merupakan ringkasan dari berita.
Teras berita umumnya memuat lengkap unsur-unsur berita.
Unsur berita lazimnya disebut 5W dan 1H.

5 W  1 H
What: Apa yang terjadi.
Who: Siapa yang terlibat dalam kejadian itu.
Where: Di mana hal itu terjadi.
When: Kapan peristiwa itu terjadi.
Why: Kenapa hal itu terjadi, dan
How: Bagaimana peristiwa itu terjadi.

3A - 3 M
Untuk istilah Indonesia: 3A – 3M Kependekan dari Apa; si-Apa; meng-Apa; bila-Mana; di-Mana; dan bagai-Mana.

CONTOH :
Dua orang pria, Sudin (43) tahun dari Kediri dan Simin (18) tahun dari Blitar meninggal pagi ini jam 04.30 di perempatan Jalan Dr. Soetomo dan Jl. A Yani Timur akibat ditabrak bus Harapan Jaya yang berlari kencang dan tidak lagi dapat dikendalikan.
Ket: 5W dan 1H semuanya terdapat dalam contoh teras berita tersebut.

Macam Gaya Penulisan Teras Berita Berdasarkan Unsur 5W dan 1H
1. Teras Berita Apa (What)
        Penataran wartawan agama seluruh Indonesia telah dibuka dengan resmi kemarin pagi oleh Menteri Agama Dr. Petruk Gareng Bagong, S.Ag., M.Ag. di Pondok Pesantren Panggung.
2. Teras Berita Siapa (Who)
Menteri Agama Petruk Gareng Bagong kemarin pagi dengan bertempat di Pondok Pesantren Panggung telah membuka penataran wartawan agama seluruh Indonesia.
3.  Teras Berita Dimana (Where)
Di pondok pesantren Panggung Tulungagung, kemarin pagi telah dibuka dengan resmi oleh Menteri Agama Petruk Gareng Bagong penataran wartawan agama.
4.  Teras Berita Kapan (Dimana)
Kemarin pagi dengan bertempat di Pondok Pesantren Panggung oleh Menteri Agama telah dibuka penataran wartawan agama tingkat nasional ke-2.
5.  Teras Berita Mengapa atau Bagimana (Why, How)
Untuk meningkatkan mutu wartawan agama dan meningkatkan kerukunan agama kemarin pagi oleh menteri agama Petruk Gareng Bagong telah dibuka penataran wartawan agama tingkat nasional ke-2.

Macam Teras Berita Di Luar Rumus 5Wdan 1H
 1. Teras Berita yang Menjerit (Exclamation Lead)
Contoh:
“Aduh!” demikian jerit gadis-gadis yang memenuhi jalan RA Kartini dalam pesta semalam suntuk untuk memperingati hari kelahiran kota Tulungagung
2. Teras Berita Kutipan (Quotation Lead)
Contoh:
“Kita jalan terus, meskipun mahasiswa akan turun ke jalan”, demikian Bupati Tulungagung Togog menanggapi aksi-aksi mahasiswa STAI Diponegoro  yang  menentang konsep normalisasi poligami.
3. Teras Berita Kontras (Contrast Lead)
Contoh:
“Kerawang gudang beras di Jawa Barat kini mengalami kelaparan untuk pertama kalinya Rakyat tidak lagi memakan beras melainkan melahap enceng gondok.


Sepuluh Pedoman Penulisan Pokok / Teras Berita
Karya Latihan Wartawan XIII PWI Pusat, yang diadakan atas kerjasama dengan Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, menyetujui dan menerima 10 pedoman penulisan teras berita (diambil dari buku Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi)
1.   Teras berita yang menempati alinea atau paragraph pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea pertama itu dapat terdiri dari lebih dari satu kalimat, tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi tiga kalimat.
2.   Teras berita, dengan mengingat sifat Bahasa Indonesia, jangan mengandung lebih dari 30 – 45 perkataan. Apabila teras berita singkat, misalnya terdiri dari 25 perkataan atau kurang maka itu lebih baik.
3.   Teras berita harus ditulis sedemikian rupa sehingga
a.    Mudah ditangkap dan cepat dimengerti, mudah diucapkan di depan radio dan televise, dan mudah diingat.
b.   Kalimat singkat-singkat dan sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa (hemat kata), jadi manjauhkan kata-kata mubadzir.
c.    Jelas melaksanakan ketentuan “satu gagasan dalam satu kalimat”
d.   Tidak mendomplengkan atau memuatkan sekaligus semuan unsur 5 W + 1 H atau 3A + 3 M ( Apa – SiApa – MengApa – BilaMana – DiMana – BagaiMana).
e.    Dibolehkan memuat lebih dari satu unsur daripada 3A + 3M.
4.    Hal-hal yang tidak begitu mendesak, tetapi berfungsi sebagai penambah/pelengkap keterangan hendaknya dimuat dalam tubuh berita (bagian uraian, body)
5.   Teras berita, sesuai dengan hati nurani manusia yang ingin segera tahu apa yang terjadi, sebaiknya mengutamakan unsur APa/Apa yang terjadi. Teras berita menyimpulkan/mengintisarikan kejadian yang diberitakan.
6.   Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa, karena ini selalu menarik perhatian. Apalagi kalau Siapa itu adalah seorang yang menjadi tokoh dibidang kegiatan dan lapangannya. Akan tetapi, kalau unsure siapa itu tidak begitu menonjol, sebaiknya tidak dipakai dalam permulaan berita.
7.   Teras  berita jarang mempergunakan unsure Bilamana pada permulaanya. Sebab unsure waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian. Unsur waktu hanya dipakai sebagai permulaan teras berita jika unsur itu bermakna khusus dalam berita itu.
8.   Urutan unsur dalam teras berita sebaikya unsur tempat dulu, kemudiandi susul unsure waktu.
9.   Unsur Bagaimana dan unsur mengapa diuraikan dalam tubuh berita (body), jadi tidak dalam teras berita.
10.                Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan sseseorang (quotation lead) asalkan kutipan itu bukan kalimat yang panjang. Dalam alinea berikutnya hendaknya segera ditulis nama orang itu dan tempat serta kesempatan dia membuat pernyataan.