24 November 2012

Tehnik Wawancara

Mike Fancher, Wartawan Seattle Times Dalam Kusumaningrat  2005: 189. Menyatakan :

“Kunci wawancara yang baik “memungkinkan sumber berita mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkannya, bukan memikirkan apa yang hendak dikatakannya”



Sekilas Sejarah

Teknik wawancara dikenal pada abad ke-19, ketika pertama kalinya sebuah wawancara  disajikan sebagai suatu karya jurnalistik oleh James Gordon Bannet pada 1836. Namun semua Koran di London mencemoohkannya, karena dinilai cuma bualan yang merendahkan praktik jurnalistik.

Di Amerika Serikat, pada 1700-an, awal tumbuhnya persuratkabaran, wartawan negara itu belum menjadikan wawancara sebagai faktor penting  praktik jurnalistik. Presiden Lincoln yang terkenal itu sering bercakap- cakap dengan wartawan, namun tidak pernah wartawan tersebut mengutip percakapan mereka. Charles Nordhhoff, Redaktur Pelaksana The Evening Post, New York menulis percakapannya dengan Presiden Andrew Johnson, namun tulisannya itu tidak pernah dimuat oleh pemimpin redaksinya.

Baru pada abad ke-20, praktik wawancara diakui dan  mencapai puncaknya.  James  Reston,  Bob Woodward dan Carl Bernstein menelurkan  karya jurnalistik  yang  hebat  berdasarkan  wawancara mereka.  Era  interview  journalism  berlanjut sampai  sekarang  bahkan  wawancara  dianggap sebagai  tulang  punggung  pekerjaan  jurnalistikserta  kemampuan  dan  keterampilan  yang mutlak dimiliki wartawan.

Pengertian Wawancara

Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah.

Format Berdasarkan Tujuan Wawancara :

Wawancara pekerjaan:

untuk kepentingan bekerja, seleksi dan promosi

Wawancara Informatif:

untuk memperoleh informasi, misal wawancara pada liputan 6, wawancara yang dilakukan reporter.


Wawancara administratif:

untuk mendisiplinkan aturan, misal siswa yang bolos pelajaran dipanggil guru untuk mengingatkan .


Wawancara konseling (intake inerview):

untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada klien dalam rangka membantu mengatasi masalah klien

(Yurnaldi (1992 : 69).

Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data dan fakta dalam rangka penyusunan berita, agar menjadi berita yang memenuhi persyaratan sehingga layak dimuat di media massa.
Kegiatan wawancara bertujuan menggali sebanyak mungkin informasi; untuk mendapatkan jawaban yang bernilai penting, menarik, dalam, dan secara psikologis berkaitan dengan manusia.

WAWANCARA ITU OBROLAN BIASA.
BERSIKAPLAH ALAMIAH, WAJAR, JANGAN DIBUAT-BUAT!

Wawancara Kasar

•Jika hanya menginginkan  komentar atau pernyataan tentang suatu peristiwa/kasus.

•Biasanya dikerjakan untuk pemberitaan atau peristiwa aktual

•Pendek dan sederhana.

Wawancara Halus

• Untuk menggali lebih Detil sebuah kasus.

• Untuk mendapatkan pengalaman pribadi.

• Lebih lama dari wawancara kasar.

Jenis Wawancara

1. Wawancara berita (news peg interview)

yaitu,  wawancara  yang  dilakukan  untuk  memperoleh  keterangan,  konfirmasi atau pandangan narasumber  tentang suatu masalah atau peristiwa. Wawancara Informatif   (informative  interview)   biasanya  digunakan  oleh  seorang  “ahli” untuk mengungkap sebuah isue atau kejadian.

2. Wawancara Pribadi (personel interview)

yaitu  wawancara  untuk memperoleh  data  tentang  pribadi  dan  pemikiran  seseorang (narasumber).  Berita  yang  dihasilkan  berupa  profil  narasumber,  meliputi  identitas  pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah yang  terkait profesinya. Biografi.

3. Wawancara Menghibur (Intertainment Interview)

Seorang,  aktor,  atau  penyanyi  terkenal  namun  tujuan  utama  dari  wawancara  ini  adalah Menghibur.  Sehingga  topik  yang  dipilih  bukanlah  masalah  yang  serius.  Diharapkan anekdot atau cerita lucu dari narasumber.

4.  Wawancara  Ekslusif   (exclusive  inteview)

yaitu wawancara  yang dilakukan  seseorang wartawan  atau  lebih  (tetapi  berasal  dari  satu media) secara khusus berkaitan masalah  tertentu di  tempat yang  telah disepakati bersama.

5. Wawancara Kelompok(symposium interview).

Wawancara ini  dilakukan  lebih  dari  satu  orang  sumber  berita  dalam  satu  kesempatan.

Kesempatan  seperti  ini biasanya muncul  ketika  terjadi  peristiwa  bencana alam  atau kriminalitas, namun bisa  juga  untuk keperluan menulis  feature keluarga yang berhasil.

6. Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview)

wawancara  yang  dilakukan  seorang  wartawan  dengan  menghubungi berbagai  interview secara  terpisah yang satu sama  lain mempunyai kaitan dengan  masalah  atau  berita  yang  akan  ditulis.  Misalnya,  ada  peristiwa kebakaran.

7. Wawancara Emosional (Emotional Interview)

Menunjukkan perasaan orang yang diwawancara, misalnya: korban penggusuran atau korban perampokan

8.Wawancara Prio-kontra atau Menantang ( Challenging Interview)

Bertujuan untuk mendapatkan konfirmasi ; penjelasan, pembelaan dan komentar terkait isu kontroversial.

Persiapan Wawancara

1. Penentuan tema.

2. Menentukan Angle.

    Membuat pertanyaan tentang apa yg kita tulis

3. Susunlah Outline

    Misal, tema, Angle, latar belakang masalah, Nara sumber, Daftar Pertanyaan

Mengumpulkan Informasi dengan Tepat

Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.

langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:

1.   Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.

2.   Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.

3.   Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.

4.   Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.

5.   Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.

6.   Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.

7.   Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.

0 komentar :