19 Mei 2013

Orang-orang yang Total Memikirkan Ilmu

Mungkin tak ada yang lebih mencintai ilmu daripada orang-orang seperti mereka: ulama-ulama muslim masa silam seperti berikut. Ibnu Aqil (tahun 1136) berkata, “Saya meringkas semaksimal mungkin waktu makan. Hingga saya memilih roti kering yang dicelup air disbanding khubz (roti lembab), karena perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk mengunyahnya. Begitu detil perhitungan waktunya. Maka tak mengherankan jika karyanya amat banyak, jumlahnya mencapai 800 buah dari berbagai bidang ilmu.
Lain lagi dengan Syamsudin Al Ashbahani (tahun  1327). Menurut para sahabatnya, SYamsudin banyak menolak makanan. Ini ia lakukan agar tidak banyak waktu keluar masuk kamar mandi, yang membuat waktu belajarnya terkurangi.
Muhammad bin Sahnun (tahun 879) sehari-hari sibuk dengan membaca dan menulis hingga sampai larut malam. Tahu majikannya sibuk, Ummu Madam sang pembantu menyediakan menyediakan makan dan menyilahkannya, tetapi Bin Sahnun hanya bilang, ‘Saya sedang sibuk” hingga tetap asyik menulis dan tidak menyentuh makanannya, Ummu Madam berinisiattif menyuapinya sampai makanan itu habis. Saat azan subuh, Bin Sahnun malah bertanya,”….mana makanan itu? Sang pembantu menjawab, “saya sudah menyuapkannnya pada Anda”. Sahnun Heran,” saya tak merasa….”
Khalid bin Ahmad (tahun 793) mengatakan, “Waktu yang paling berat bagiku adalah waktu dimana saya menghabiskannya untuk makan.”
Tidak hanya menyayangkan waktu makan, Abu Yusuf Ya’qub sering terlihat membaca buku saat ia tengah berjalan ke tempat tujuan. Lain lagi dengan Al Fath bin Al Khaqan. Sastrawan yang menjadi menteri pada masa dinasti Abbasiyah ini selalu membawa buku dilengan bajunya. Saat ia izin buang air atau shalat, maka ia keluarkan buku tersebut dan ia baca diperjalanan menuju tmpat yang dimaksud. Hal yang sama ia lakukan kembali.
Bahkan menjelang kematian pun, mereka tetap menghormati proses belajar. Suatu hari Ibnu Jarir Ath Thabari terbaring sakit dan dijenguk sahabatnya. Ia kemudian meminta pulpen dan kertas untuk menuliskan doa Nabi yang pernah ia dengar yang diriwayatkan Ja’far bin Muhammad. Saat itu ada yang bertanya,” Apakah saat ini tepat waktunya?” ia menjawab,” Tidak sepantasnya bagi manusia meninggalkan kutipan ilmu, hingga kematian menjemputnya.”sesaat kemudian, ia wafat. Lain lagi dengan pakar bahasa Ibnu Malik (kelahiran tahun 1223). Menjelang kematiannya, disaat sedang sakit keras, ia meminta putranya membantu mendiktekan delapan bait ilmu. Ia mendengar dan menghafalkannya di hari kematiannya. 


(Kutipan from buku"Keajaiban Belajar").  

0 komentar :