Mendidik anak untuk jadi disiplin tak berarti Anda harus jadi otoriter
dan galak. Mendisiplinkan anak juga bisa dilakukan dengan cara yang
penuh cinta. Hanya saja, sering kali saat Anda "lunak" terhadap anak,
mereka bisa saja bertingkah dan banyak ulah. Akibatnya, emosi Anda pun
meledak.
Dr Kelly Flanagan, seorang psikolog klinis,
mengungkapkan, sebenarnya setiap orangtua punya kemampuan untuk
mendisiplinkan anak-anaknya dengan cinta dan kasih sayang, tanpa harus
marah-marah.
Flanagan mengungkapkan, salah satu kesalahan yang
sering dilakukan orangtua adalah mereka kurang memiliki empati terhadap
anak-anaknya. Padahal, kunci utama untuk mendisiplinkan anak dengan
cinta adalah masuk ke dalam dunia anak-anak.
"Banyak orangtua
yang lupa bagaimana rasanya menjadi anak kecil. Anda lupa bagaimana
rasanya menjadi orang yang tidak punya kekuatan apa pun, punya kehidupan
yang selalu diatur setiap hari, dan kehilangan semua kesenangan karena
dilarang orangtua. Kita lupa semua itu dan hanya fokus pada kesalahan
anak," jelas Flanagan.
Ia menambahkan bahwa ketika orangtua
tidak bisa mencari dan menemukan empati terhadap anak-anak di hati
kecilnya, maka Anda melepaskan peran sebagai pemimpin keluarga. Jika
ingin memimpin dan mendidik anak-anak dengan baik, maka pertama-tama
Anda harus menemukan sisi anak-anak dalam diri sendiri. Bagaimana Anda
bisa melakukannya?
1. Bertanya
Alih-alih
mendikte anak-anak untuk melakukan sesuatu, sebaiknya bertanyalah kepada
mereka. Misalnya, bertanya tentang apa yang mereka ingin lakukan, atau
mengapa mereka melakukan hal yang salah. Ajak mereka duduk bersama
sambil menikmati camilan atau minuman hangat. Dengarkan apa keinginan
mereka, dan jika menemukan pertentangan, bicarakan dengan kepala dingin.
2. Mengingat
Sebagai orang dewasa, Anda
sudah pasti pernah menjadi anak kecil. Temukan kembali memori dan sisi
anak-anak dalam diri Anda. Hal ini tak berarti memori situasi yang sama,
tapi pengalaman dari perasaan yang sama. Jangan mencoba lari dari
perasaan ini. Ingatlah bagaimana saat itu orangtua Anda mengatasi
masalah ini dan Anda bisa mencontohnya.
3. Rasakan metode pengasuhan yang Anda terapkan
Cobalah
untuk mencari tahu bagaimana rasanya diasuh dengan cara asuh Anda dan
pasangan. Tempatkan posisi Anda sebagai anak-anak, dan pasangan sebagai
"orangtua" Anda. Lakukan beberapa kesalahan yang sering dilakukan anak
dan beri hukuman sesuai aturan Anda. Dengan demikian, Anda jadi tahu
bagaimana rasanya berada di posisi anak-anak Anda.
4. Bermain dengan anak
Ini
adalah bagian yang sangat menyenangkan. Sibukkan diri Anda dan dekatkan
diri dengan anak-anak lewat aneka permainan anak. Ingatlah bagaimana
rasanya bermain bebas. Santai dan nikmati semua permainan agar bisa
mengerti isi pikiran anak.
Namun, apakah semua ini berarti Anda
bisa membiarkan anak-anak melakukan apa pun yang mereka inginkan? Tentu
tidak, tapi ini berarti bahwa ketika Anda melarang, menetapkan batas
tertentu atau sampai menghukum anak atas kesalahannya, Anda melakukannya
dengan pikiran yang jernih, memahami kondisi anak, dan empati.
Andhika Setyanti
Sumber Kompas.com
0 komentar :
Posting Komentar