Tetes
air sempat menetes di pipi ini, melihat engkau terbaring lemah di ranjang,
wajah yang semakin keriput itu kembali lagi tak berdaya, sama seperti
pertengahan bulan oktober yang lalu, dengan terpaksa dan takut jika terjadi hal
yang lebih parah, maka kami segera membawamu kembali ke rumah yang tidak
menjadi impian setiap orang, tapi demi kesembuhan engkau kembali lagi kesini.
Kupandang
tubuhmu yang tergolek dengan nafas yang sedikit terengah-engah karena sesak
yang engkau derita, meskipun sudah dibantu dengan oksigen yang dialirkan
melalui hidungmu.
Sesekali
batuk terdengar disela-sela nafasmu, membuat tubuhmu sedikit terguncang, tanganmu
yang dulu begitu perkasa, yang engkau gunakan untuk menggendong dan memanjakan
kami berempat anak-anakmu, kini sedang ditusuk oleh jarum untuk memasukkan
saripata makanan.
Tangan
yang dulu begitu kuat kini menjadi lemah karena dimakan oleh usia, lewat
tanganmu engkau juga memberi suapan kepada kami, memandikan kami dan mengurusi kami ketika kami belum bisa
apa-apa.
Tubuhmu
semakin mengurus termakan oleh usia yang semakin menua, dulu sering kau gunakan
untuk memberi dekapan kepada kami yang sedang menangis atau ketakutan, memberikan
ketenangan dan kenyamanan.
Masih
nyata dipelupuk mata, engkau selalu ingin membuat kami gembira, memberi kami
mainan, engkau buatkan kami layang-layang, engkau juga mahir dalam membuat
balon. Betapa senangnya kami dulu.
Pagi
ini ketika kutunjukkan foto cucumu yakni Zhafira, anakku, bisa sedikit
membuatmu tersenyum, kami ingin bisa membuatmu terus tersenyum, bahagia dan
selalu sehat, agar bisa bahagia ketika cucu-cucumu berkumpul dan bermain.
Berikan
kami kesempatan untuk bisa berbakti kepada engkau. Semoga lekas sembuh Abah,
kami sangat mencintaimu dan akan selalu berdoa untukmu. Engkau adalah pahlawan
kami, Abah.
Baruharjo
Hari
Pahlawan 10 November 2016
0 komentar :
Posting Komentar