Cobalah
untuk berdisiplin dan membiasakan diri menulis proposal secara reguler dan
terus-menerus. Merancang draf yang benar-benar utuh dalam satu waktu memang
dapat memberikan Anda perspektif awal ketika mereview hasil tulisan sebelum
dilakukan pengeditan yang sebenarnya, namun proses menulis yang tidak konsisten
ini (sebentar-sebentar berhenti, sebentar-sebentar memulai lagi) sering kali
menghambat rampungnya penulisan. Bahkan, cara seperti ini dapat mengubah
seorang penulis yang awalnya memiliki bakat menulis yang baik, menjadi seorang
penulis mingguan, yaitu penulis yang hanya memiliki waktu untuk mengerjakan
penelitian-nya pada akhir-akhir pekan setelah semua pekerjaan
"penting" hariannya terselesaikan. Menulis proposal secara kontinu
yang saya maksudkan adalah menulis beberapa paragraf setiap hari atau
se-tidak-tidaknya libatkan pikiran kita setiap hari dalam proses berpikir,
mengumpulkan informasi, dan mereview beberapa hal yang sudah ditulis dalam
proposal penelitian.
Pilihlah
waktu-waktu khusus dalam satu hari untuk menggarap proyek penelitian Anda, lalu
cobalah untuk berdisiplin dalam menulis pada momen-momen itu setiap harinya.
Pilihlah tempat yang bebas dari gangguan. Boice (1990:77-78) menawarkan ide
tentang bagaimana Anda membangun kebiasaan menulis yang baik:
1.
Dengan prioritas yang
sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika siap maupun
belum siap untuk menulis.
2.
Jika Anda merasa
tidak memiliki waktu untuk menulis secara reguler, cobalah memetakan aktivitas
keseharian Anda dalam momen-momen setengah-jam-an selama satu sampai dua
minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat menulis.
3.
Menulislah ketika
Anda sedang fresh.
4.
Jangan menulis ketika
Anda kekenyangan.
5.
Menulislah secara
reguler meski hanya sebentar.
6.
Buatlah jadwal
aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus mengerjakan
unit-unit tulisan tertentu dalam setiap sesi.
7. Cobalah menaati kartu
harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hal: (a) waktu yang digunakan untuk
menulis, (b) jumlahhalaman yang dapat diselesaikan, dan (c) perkiraan kapan
tugas dapat selesai secara keseluruhan.
8.
Rencanakan
tujuan-tujuan harian Anda.
9.
Diskusikan tulisan
Anda dengan teman-teman yang suportif dan konstruktif sehingga Anda merasa siap
untuk go public.
10.Cobalah menulis dua
atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak overload dengan
satu proyek saja.
Yang
juga penting diketahui, proses menulis itu berlangsung secara perlahan-lahan
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang
selalu menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan
pikiran dan jari-jari terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas
menulis yang tidak tergesa-gesa, seperti menulis sebuah surat kepada seorang
teman, brainstorming di depan komputer, membaca tulisan-tulisan di komputer,
atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas menulis lebih mudah. Saya
teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42) yang
dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden
Letters. Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan
membuat satu surat kepada editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di
sebuah notebook.
Ada
banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan
yang deskriptif dan emotif:
1. Deskripsikan suatu
objek, lengkap dengan bagian-bagian dan dimensi-dimensinya, tanpa terlebih
dahulu menceritakan nama objek tersebut kepada pembaca.
2. Tulislah sebuah
percakapan dramatis di antara dua orang yang sekiranya dapat membuat pembaca
penasaran.
3. Tulislah serangkaian
petunjuk sederhana untuk tulisan-tulisan yang diperkirakan sangat rumit untuk
dimengerti.
4. Carilah satu tema
pokok, lalu tulislah dengan tiga cara yang ber-beda-beda
5. Latihan
yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang
menganalisis data mereka dengan kode-kode dantema-tema yang beragam
Selain
itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen
tersebut—seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil,
bahkan kopi dan snack (Wolcott, 2001)— memberikan banyak opsi kepada Anda untuk
dapat comfortable ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie
Dillard, seorang novelis pemenang penghargaan Pulitzer, justru menghindari
tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan,
sehingga imajinasi dapat muncul dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan
ini tujuh tahun lalu, saya mendorong meja panjang saya ke dinding kosong
sehingga saya tidak dapat melihat dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas
tahun lalu, saya juga menulis di dekat perapian di area parkir. Saya tak mau
berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada banyak pohon pinus yang tidak
berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya merasa bahwa pekerjaan di
dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun terselesaikan (Dillard,
1989:26-27).
Diambil dari John W. Creswell dalam Design Research Kuantitatif, Kualitatif
and Mixed
0 komentar :
Posting Komentar