22 Februari 2016

MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM (bag 1)

Untuk memajukan pendidikan Islam ada 3 hal yang harus dilakukan, seperti dalam kuliah yang disampaikan oleh Prof Mujamil jumat 19 Februari, pertama Epistemologi Pendidikan Islam, kedua Manajemen Pendidikan Islam, ketiga kesadaran pribadi.
Menurut Mukti Ali dalam bukunya menjelaskan bidang garap Yunani adalah secara ontologis, tokoh-tokohnya seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain, mereka cerdas dan jenius tetapi tidak mampu menggiring dan membawa kepada kemajuan, kalau umat Islam lebih kepada Aksiologi, sehingga saat ini hanya berperan sebagai konsumen dari perkembangan teori-teori barat, sedangkan barat menggunakan empirisme yang sebenarnya kebanyakan dari mereka kurang jenius tetapi hal itu bisa membuat mereka maju.
Sebuah teori harus bisa diuji oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. sebuah pernyataan bisa diujikan, dihipotesa, diverifikasi sehingga yang semua hanya sebuah teori bisa menjadi sebuah hukum. Asal bisa dibuktikan secara empiris.
Sebuah contoh Isaac Newton terkenal dengan Hukum gravitasinya, tetapi masih bisa dimentahkan oleh Einstein dengan Hukum Relativitasnya, Hukum grativitas hanya berlaku di bumi sedang di luar angkasa tidak bisa.
Prof Mujamil juga mengkritisi metode yang diajarkan di pesantren yang masih verbalisme artinya mereka hanya diminta untuk menghafal saja tidak dibekali dengan pemikiran sehingga hanya berhenti di filsafat saja tidak menjadi aksi, hafalan memang perlu tetapi hanya untuk anak-anak saja, yang paling perlu adalah bagaimana membangun ilmu. Beliau juga mencontohkan, pada pengajaran matematika, cara mengerjakan sesuai dengan yang dicontohkan guru, mereka tidak diminta untuk mencari dan membuat bangunan ilmu, lebih kepada aksi meniru, misal lagi murid tidak boleh bertanya, hal ini akan mematikan ilmu, maka untuk memajukan pendidikan maka pendidik perlu mendidik bagaimana membangun, mengembangkan dan mengkritik ilmu. Jadi murid tidak menjadi seperti mayat dipangkuan pemandinya yang tidak bisa berbuat apa-apa dan ikut saja, sehingga hal ini membuat mereka tidak kreatif.
Beliau juga memberi sebuah contoh tentang belajar, ada teman beliau yang ke Jerman ternyata perkembangan bahasanya lama, lebih cepat anaknya, karena orang dewasa kalau ingin bicara, berpikir lebih dahulu, apakah ini pantas, apakah ini sesuai tata bahasa dan sebagainya, tetapi kalau anak kecil kalau orang lain bunyi atau bicara dia juga bicara, sehingga lebih cepat, cara yang cepat untuk belajar bahasa adalah mempelajari bagaimana orang Arab berbahasa Arab, belajar bagaimana orang Inggris berbicara Bahasa Inggris dan seterusnya.    

Sumberingin Kidul
22 Februari 2016

0 komentar :