Untuk memajukan pendidikan Islam
ada 3 hal yang harus dilakukan, seperti dalam kuliah yang disampaikan oleh Prof
Mujamil jumat 19 Februari, pertama Epistemologi Pendidikan Islam, kedua
Manajemen Pendidikan Islam, ketiga kesadaran pribadi.
Menurut Mukti Ali dalam bukunya menjelaskan
bidang garap Yunani adalah secara ontologis, tokoh-tokohnya seperti Plato,
Aristoteles dan lain-lain, mereka cerdas dan jenius tetapi tidak mampu
menggiring dan membawa kepada kemajuan, kalau umat Islam lebih kepada
Aksiologi, sehingga saat ini hanya berperan sebagai konsumen dari perkembangan
teori-teori barat, sedangkan barat menggunakan empirisme yang sebenarnya
kebanyakan dari mereka kurang jenius tetapi hal itu bisa membuat mereka maju.
Sebuah teori harus bisa diuji
oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. sebuah pernyataan bisa diujikan,
dihipotesa, diverifikasi sehingga yang semua hanya sebuah teori bisa menjadi
sebuah hukum. Asal bisa dibuktikan secara empiris.
Sebuah contoh Isaac Newton terkenal
dengan Hukum gravitasinya, tetapi masih bisa dimentahkan oleh Einstein dengan
Hukum Relativitasnya, Hukum grativitas hanya berlaku di bumi sedang di luar
angkasa tidak bisa.
Prof Mujamil juga mengkritisi
metode yang diajarkan di pesantren yang masih verbalisme artinya mereka hanya
diminta untuk menghafal saja tidak dibekali dengan pemikiran sehingga hanya
berhenti di filsafat saja tidak menjadi aksi, hafalan memang perlu tetapi hanya
untuk anak-anak saja, yang paling perlu adalah bagaimana membangun ilmu. Beliau
juga mencontohkan, pada pengajaran matematika, cara mengerjakan sesuai dengan yang
dicontohkan guru, mereka tidak diminta untuk mencari dan membuat bangunan ilmu,
lebih kepada aksi meniru, misal lagi murid tidak boleh bertanya, hal ini akan
mematikan ilmu, maka untuk memajukan pendidikan maka pendidik perlu mendidik
bagaimana membangun, mengembangkan dan mengkritik ilmu. Jadi murid tidak menjadi
seperti mayat dipangkuan pemandinya yang tidak bisa berbuat apa-apa dan ikut
saja, sehingga hal ini membuat mereka tidak kreatif.
Beliau juga memberi sebuah contoh
tentang belajar, ada teman beliau yang ke Jerman ternyata perkembangan
bahasanya lama, lebih cepat anaknya, karena orang dewasa kalau ingin bicara,
berpikir lebih dahulu, apakah ini pantas, apakah ini sesuai tata bahasa dan
sebagainya, tetapi kalau anak kecil kalau orang lain bunyi atau bicara dia juga
bicara, sehingga lebih cepat, cara yang cepat untuk belajar bahasa adalah
mempelajari bagaimana orang Arab berbahasa Arab, belajar bagaimana orang
Inggris berbicara Bahasa Inggris dan seterusnya.
Sumberingin Kidul
22 Februari 2016
0 komentar :
Posting Komentar