02 Februari 2016

ALAMPUN BALAS DENDAM, BUMIPUN MERADANG

Kupandang tetes tetes air hujan yang turun membasahi area persawahan belakang rumahku, mendung hitam penuh menyelimuti langit di ufuk barat, sehingga semburat merah yang biasanya muncul di sore hari enggan menampakkan diri, area persawahan dibelakang rumahku membentang kira-kira 500 meter kearah barat, selatan dan utara.
Segelas teh hangat dan anakku yang sedang bermain game anak-anak tentang cara membuat roti ulang tahun menemaniku menghabiskan sore ini, 2 hari lalu tepatnya hari minggu hujan yang deras juga turun di sore hari, bahkan beberapa desa di timur tempat tinggalku sempat banjir dan memaksa orang-orang sibuk untuk membersihkan rumah mereka.       
Pikiranku menerawang ke masa-masa kecilku, seingatku pada masa itu jarang yang namanya banjir, masa-masa itu pohon-pohon masih banyak tumbuh di hutan, disekeliling rumahpun banyak pohon serta buah-buahan, apalagi di rumah mbahku, ada banyak buah-buahan, seperti mangga (podang, jaran dll), jambu (mete, dersono), kedondong, salak, nangka dan masih banyak yang lain, biasanya selesai dari sekolah madrasah disore hari kemudian bermain-main dihalaman rumah mbahku yang luas, bisa dipakai untuk bermain sepak bola, bola voli, kelereng, gasing, blaksodor, betengan, delikan, gedrik dan masih banyak permainan tradisional yang lain, setelah puas bisa ngerah atau mengambil buah.
Masa kecilku dulu masih banyak pohon-pohon yang mampu menahan, menyerap dan juga mampu mencegah erosi, dengan adanya pohon, air tidak lekas menguap, mengalir secara cepat ketempat yang lebih rendah, tidak bisa mengikis tanah-tanah yang kurang kuat kedudukannya.
Sekarang dengan majunya teknologi, pohon-pohon banyak diekploitasi digunakan untuk berbagai macam kepentingan, tanpa mengindahkan kegunaan dan fungsi dari pohon tersebut, makanya tidak heran, ketika hujan deras, dampaknya akan langsung dirasakan dengan mengalirnya air yang tiba-tiba muncul dan memenuhi sungai, memasuki rumah-rumah penduduk. Terlebih lagi kesadaran penduduk untuk membuang sampah juga kurang, banyak kita jumpai dimana sungai penuh dengan sampah, saluran-saluran air macet karena sampah.
Alampun berontak, hujan turun pada musim yang tidak seharusnya, terasa kejam, membuat kita takut, karena apa…..karena kita telah merusak dan tidak menghargai, mereka membalas perlakuan yang telah kita perbuat. Mereka balas dendam dengan apa yang kita lalukan.
Marilah kita jaga dan lestarikan lingkungan kita, karena lingkungan yang kita gunakan sekarang hanyalah sebuah titipan dari anak cucu kita.
              
Sumberingin Kidul Ngunut
2 Februari 2016 

0 komentar :