Kupandang
tetes tetes air hujan yang turun membasahi area persawahan belakang rumahku, mendung
hitam penuh menyelimuti langit di ufuk barat, sehingga semburat merah yang
biasanya muncul di sore hari enggan menampakkan diri, area persawahan dibelakang
rumahku membentang kira-kira 500 meter kearah barat, selatan dan utara.
Segelas
teh hangat dan anakku yang sedang bermain game anak-anak tentang cara membuat
roti ulang tahun menemaniku menghabiskan sore ini, 2 hari lalu tepatnya hari
minggu hujan yang deras juga turun di sore hari, bahkan beberapa desa di timur
tempat tinggalku sempat banjir dan memaksa orang-orang sibuk untuk membersihkan
rumah mereka.
Pikiranku menerawang ke masa-masa
kecilku, seingatku pada masa itu jarang yang namanya banjir, masa-masa itu pohon-pohon
masih banyak tumbuh di hutan, disekeliling rumahpun banyak pohon serta
buah-buahan, apalagi di rumah mbahku, ada banyak buah-buahan, seperti mangga (podang,
jaran dll), jambu (mete, dersono), kedondong, salak, nangka dan masih banyak
yang lain, biasanya selesai dari sekolah madrasah disore hari kemudian bermain-main
dihalaman rumah mbahku yang luas, bisa dipakai untuk bermain sepak bola, bola
voli, kelereng, gasing, blaksodor,
betengan, delikan, gedrik dan masih banyak permainan
tradisional yang lain, setelah puas bisa ngerah atau mengambil buah.
Masa
kecilku dulu masih banyak pohon-pohon yang mampu menahan, menyerap dan juga
mampu mencegah erosi, dengan adanya pohon, air tidak lekas menguap, mengalir secara
cepat ketempat yang lebih rendah, tidak bisa mengikis tanah-tanah yang kurang
kuat kedudukannya.
Sekarang
dengan majunya teknologi, pohon-pohon banyak diekploitasi digunakan untuk
berbagai macam kepentingan, tanpa mengindahkan kegunaan dan fungsi dari pohon
tersebut, makanya tidak heran, ketika hujan deras, dampaknya akan langsung dirasakan
dengan mengalirnya air yang tiba-tiba muncul dan memenuhi sungai, memasuki rumah-rumah
penduduk. Terlebih lagi kesadaran penduduk untuk membuang sampah juga kurang,
banyak kita jumpai dimana sungai penuh dengan sampah, saluran-saluran air macet
karena sampah.
Alampun
berontak, hujan turun pada musim yang tidak seharusnya, terasa kejam, membuat
kita takut, karena apa…..karena kita telah merusak dan tidak menghargai, mereka
membalas perlakuan yang telah kita perbuat. Mereka balas dendam dengan apa yang
kita lalukan.
Marilah
kita jaga dan lestarikan lingkungan kita, karena lingkungan yang kita gunakan
sekarang hanyalah sebuah titipan dari anak cucu kita.
Sumberingin
Kidul Ngunut
2
Februari 2016
0 komentar :
Posting Komentar