Rambut gondrong adalah tentang rasa nyaman dan diri sendiri, makanya saat bertemu dengan kakak kandungku, dia menggodaku, lek libur mesti rambute digondrongne”, aku tersenyum simpul saja. saat libur adalah saat menggondrongkan diri,..paling tidak 7 lebih bulan ini aku tidak mencukur rambut, apalagi situasi yang sedang pandemi.
Malah sempat berpikir, terkadang orang dalam memakai kopyah atau ketu, ada bermacam macam tujuan, ada yang ikhlas mengenakannya untuk menjaga diri, karena kebutuhan, ada yang menggunakannya untuk menutupi kebotakannya, tetapi beberapa waktu yang lalu saya menginginkan menggunakan kopyah untuk menutupi kegondrongan saya, ha ha ha. Saat menjalankan profesi memakai kopyah, saat di rumah menjadi diri sendiri dengan rambut gondrong yang panjang menghitam, jadi bentuk potonganya adalah rapi disekitar telinga karena potong, tetapi rambut atas masih tetap gondrong.
hanya saja karena profesi dan pekerjaan saya tidak melakukan itu, yah masih terikat dengan logika orang banyak, bahwa menjalani profesi sekarang itu harus rambut rapi, cepak dan sebagainya. Dalam hati aku berpikir gondrong lo bisa rapi. Ha ha ha, apakah ini sebuah pemberontakan, ha ha ha. Ah gagal gondrong lagi... ha ha ha.
Yah jalani saja, nikmati saja dan menjadi diri sendiri, itu akan memberikan rasa nyaman. Jadi petani adalah sebuah kenyamanan dalam diri, karena tidak terkekang oleh aturan orang lain. Menjadi diri sendiri, rela berpeluh dan berpanas ria.
Karena kita terkekang oleh logika orang, yang mengharuskan kita melakukan sesuatu yang semu. Bebas berekspresi itu nikmat rasanya, bebas dari kepentingan, melakukan sesuatu apa adanya itu asyik, karena keluar dari hati. Memang perlu keberanian dalam melakukan sesuatu, asal njalur dan sesuai prosedur. Berani melakukan sesuatu karena yakin itu benar, jika salah ya diperbaiki, itu adalah proses kehidupan.
Tulisan Pertengahan September
0 komentar :
Posting Komentar