“Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah” Anonim
Dalam kehidupan sering kita dihadapkan kondisi-kondisi yang tidak
nyaman, yang memaksa kita untuk beranjak atau bergerak. Padahal kita
mungkin sudah merasa sangat nyaman dengan kondisi tersebut. Kondisi
nyaman diartikan juga sebagai kondisi yang sudah sangat diketahui,
walaupun sebenarnya belum tentu “nyaman” buat yang menjalani. Adanya
ancaman atau bahaya dari luar itu memaksa kita untuk segera bergerak
atau bertindak.
Banyak contoh yang bisa menggambarkan kondisi tersebut, semisal
ketika seorang dikejar anjing galak, orang tersebut berada pada kondisi
bahaya. Saat itu, mekanisme tubuh bekerja dengan sendirinya, sehingga
bisa menghasilkan energi yang mungkin pada saat kondisi normal tidak
bisa. Dalam kondisi ini orang bisa menghasilkan energi ekstra yang
digunakan untuk keluar dari kondisi kritis ini. Yang semula orang itu
hanya bisa melompat 1 meter, kini secara tiba-tiba mampu melompat lebih
dari 1,5 meter, untuk bisa lolos dari kejaran anjing tersebut.
Atau pernahkah Anda mendengar cerita atau melihat sendiri seorang ibu
dengan kain yang membebat tubuhnya melesat dengan cepatnya dalam
beberapa detik, demi menolong anaknya yang belum genap satu tahun
bergelantungan di bagian atas tangga putar, lalu ketika tangan sang anak
terlepas dari tangga putar, dengan cekatan si ibu menangkapnya dari
bawah, sampai kain yang dipakainya robek-robek, dan akhirnya anaknya itu
bisa diselamatkan.
Bahkan masih banyak lagi, ribuan atau jutaan peristiwa atau kondisi
dimana sesuatu itu dihadapkan pada kondisi bahaya atau terdesak. Bisa
keluar dari kondisi tersebut dengan mengeluarkan kemampuan yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya. Ini yang sering disebut orang sebagai
The Power of Kepepet. Keterdesakan dan ancaman dari luar yang membuat
kita harus bergerak untuk mempertahankan diri.
Prof Yohanes Surya mengatakan kondisi ini sebagai titik kritis. Dalam
bahasan yang lebih mendalam Profesor yang sudah mengantarkan beberapa
siswa Indonesia meraih medali emas di ajang olimpiade fisika ini,
menemukan teori yang dinamakan Teori Mestakung. Mestakung itu sendiri
kepanjangannya dari Semesta Raya Mendukung.
Gambaran umumnya kurang lebih seperti ini, pada saat sesuatu sedang
dihadapkan pada kondisi bahaya atau disebut kritis. Tuhan telah
menyediakan semesta (yang dimaksud semesta dalam hal ini adalah sel-sel
tubuh kita, pikiran, keluarga, teman, lingkungan dan alam sekitar kita)
yang akan mengatur diri untuk membantu kita keluar dari kondisi ini. Ada
tangan-tangan tak nampak yang akan membantu kita, mereka sering disebut
invisible hand.
Teori Mestakung diturunkan menjadi 3 hukum yang sering di ringkaskan
sebagai KRILAKUN (merupakan singkatan dari kata KRItis, LANGkah dan
teKUN). Hukum ini berbunyi sebagai berikut:
1.Hukum Kritis
Pada setiap kondisi KRITIS ada jalan keluar. Hal ini senada dengan apa
yang dikatakan dalam agama bahwa “….. sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5). Kita tidak sadar bahwa ketika
kita sedang dihadapkan dengan kesulitan, percayalah bahwa kebahagiaan
sebenarnya sedang menanti kita di ruang tamu. Tentunya kita akan bertemu
kalau kita bisa dan berhasil menghadapi kesulitan. Tidak usah
khawatirkan juga karena janji Tuhan juga, Dia tidak akan memberi beban
di luar kemampuan hambanya.
2. Hukum Langkah
Ketika seorang MELANGKAH, ia akan melihat jalan keluar“. Bukankah ada
pepatah dari luar juga mengatakan “if there’s a will there’s a way” yang
kurang lebih artinya setiap ada keinginan pasti ada jalan. Imbasnya
jadilah pribadi yang dalam segala sesuatu itu selalu melihat ada solusi
dari setiap masalah. Berpikir dengan paradigm bahwa kalau sesuatu hal
itu sulit, tapi masih bisa untuk dipecahkan. Tidak mudah, tapi bisa
dilaksanakan. Jalan keluar dan pengertian itu akan kita dapatkan kalau
kita terus berlatih keras, berpikir, rajin bertanya pada banyak orang,
meminta bantuan dan nasehat orang bijak, membaca buku dan literatur,
belajar dari orang yang berhasil keluar dari kondisi yang mirip dengan
kondisi tersebut.
3. Hukum Tekun
Ketika seorang TEKUN melangkah, ia akan mengalami mestakung (semesta
mendukung). Tekun disini diartikan sebagai usaha yang kontinu untuk
menghasilkan yang terbaik. Dalam ketekunan ada semangat pantang menyerah
ketika bertemu dengan kegagalan. Kalau apa yang dilakukan saat ini
dianggap kecil oleh orang lain. Maka lakukan hal kecil ini dengan
kesungguhan yang besar. Tinggal tunggu waktu mengenai hal-hal besar yang
akan datang kepada kita. Dalam ungkapan Arab yang terkenal “Man Jadda
Wa jadda” yang artinya “Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan
mendapatkan hasil”.
Mengingat pentingnya kondisi keterdesakan yang membuat seseorang
bergerak. Dan rela meninggal zona atau keadaan yang sudah dikenalnya
atau sebagian orang mengatakan “nyaman”. Maka tak usah khawatir dan
takut mengenai ancaman atau kondisi yang berbahaya yang mengancam kita.
Nikmati setiap kesulitan dan keterdesakan yang menghadang. Karena
didasari sebuah keyakinan bahwa setelah kita berhasil menghadapi dan
melewati kondisi terdesak dan kritis itu, kita akan menjadi pribadi baru
yang lebih hebat, kuat dan bijak dalam menghadapi kesulitan berikutnya.
Wallahu’alam bishowab
Copy From Guntur N
0 komentar :
Posting Komentar