Nama
Pesantren Tebuireng Jombang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Dari pesantren yang didirikan oleh KHM Hasyim Asy’ari ini
telah lahir para alumni yang tersebar merata di berbagai belahan wilayah
Indonesia. Sebagian dari mereka kemudian mendirikan pesantren baru di
tempat tinggal mereka masing-masing.
Kebesaran pesantren yang didirikan kakek KH Abdurrahman
Wahid ini tidak bisa dilepaskan dari figur KHM Hasyim Asy’ari. Beliau
memang pendidik yang sangat luar biasa. Keberhasilan Pesantren Tebuireng
menjadi sebuah pesantren besar, dikenal luas, dan diakui kualitasnya
tidak bisa dilepaskan dari berbagai usaha keras dan berbagai nilai lebih
dimiliki KHM Hasyim As’yari. Salah satu nilai lebih beliau adalah
totalitasnya dalam mengajar. Tidak mudah mencari sosok guru seperti
beliau. Coba simak penuturan Kyai Anwar, santri yang pernah diajar
beliau, dan juga penuturan Kyai Badawi, sebagaimana termuat dalam buku
hasil penelitian Imron Arifin (1993). Kyai Anwar adalah santri langsung
Kyai Hasyim dan cucu menantunya. Beliau menceritakan tentang keberadaan
Kyai Hasyim sebagai seorang pendidik dan pengajar yang benar-benar sulit
dicari tandingannya, baik dari segi ilmunya maupun semangatnya
mengajar. “Sepanjang hari dari usai shalat subuh sampai mendekati waktu
shalat magrib, Hadratus Syaikh (Kyai Hasyim) terlihat duduk di atas
kulit kambing sambil mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para
santri yang datang silih berganti, termasuk saya pada waktu itu. Seusai
shalat Isya’, beliau meluangkan waktu untuk menerima tamu sampai pukul
22.00 WIB. Dan satu-satunya waktu luang untuk tidak mengajar adalah hari
selasa, di mana hari tersebut digunakan beliau untuk berdagang. Dengan
demikian, hampir sepanjang hari waktu beliau hanya digunakan untuk
kepentingan agama, sejak mulai ibadah sampai “ngramut” (merawat) santri
dan masyarakat yang membutuhkannya”.
Penuturan tentang riwayat Kyai Hasyim Asy’ari ini menunjukkan betapa beliau adalah sorang kyai sekaligus guru yang memiliki totalitas dalam melaksanakan tugasnya. Tentu sulit mencari seorang kyai yang seperti beliau pada zaman sekarang ini. Karena totalitas beliau inilah, maka wajar jika para santrinya kemudian menjadi para kyai juga di daerahnya masing-masing.
Dikutip dari buku Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Cet. III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 128-129.
0 komentar :
Posting Komentar