16 Desember 2012

Totalitas K.H. Hasyim Asy’ari

Nama Pesantren Tebuireng Jombang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dari pesantren yang didirikan oleh KHM Hasyim Asy’ari ini telah lahir para alumni yang tersebar merata di berbagai belahan wilayah Indonesia. Sebagian dari mereka kemudian mendirikan pesantren baru di tempat tinggal mereka masing-masing.
Kebesaran pesantren yang didirikan kakek KH Abdu
rrahman Wahid ini tidak bisa dilepaskan dari figur KHM Hasyim Asy’ari. Beliau memang pendidik yang sangat luar biasa. Keberhasilan Pesantren Tebuireng menjadi sebuah pesantren besar, dikenal luas, dan diakui kualitasnya tidak bisa dilepaskan dari berbagai usaha keras dan berbagai nilai lebih dimiliki KHM Hasyim As’yari. Salah satu nilai lebih beliau adalah totalitasnya dalam mengajar. Tidak mudah mencari sosok guru seperti beliau. Coba simak penuturan Kyai Anwar, santri yang pernah diajar beliau, dan juga penuturan Kyai Badawi, sebagaimana termuat dalam buku hasil penelitian Imron Arifin (1993). Kyai Anwar adalah santri langsung Kyai Hasyim dan cucu menantunya. Beliau menceritakan tentang keberadaan Kyai Hasyim sebagai seorang pendidik dan pengajar yang benar-benar sulit dicari tandingannya, baik dari segi ilmunya maupun semangatnya mengajar. “Sepanjang hari dari usai shalat subuh sampai mendekati waktu shalat magrib, Hadratus Syaikh (Kyai Hasyim) terlihat duduk di atas kulit kambing sambil mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para santri yang datang silih berganti, termasuk saya pada waktu itu. Seusai shalat Isya’, beliau meluangkan waktu untuk menerima tamu sampai pukul 22.00 WIB. Dan satu-satunya waktu luang untuk tidak mengajar adalah hari selasa, di mana hari tersebut digunakan beliau untuk berdagang. Dengan demikian, hampir sepanjang hari waktu beliau hanya digunakan untuk kepentingan agama, sejak mulai ibadah sampai “ngramut” (merawat) santri dan masyarakat yang membutuhkannya”.

Versi lain dituturkan oleh Kyai Badawi tentang kehidupan sehari-hari Kyai Hasyim. “Beliau dapat dikatakan nyaris tidak pernah memiliki kesempatan untuk tidur. Sebab sejak usai shalat subuh beliau sudah mengajar sampai waktu magrib. Seusai shalat Isya’, beliau menerima para tamu sampai jam 22.00 WIB. Dan sesudah itu beliau yang sudah hafal al-Qur’an mengulang-ulang hafalannya dan disimak oleh beberapa orang santri yang membawa kitab al-Qur’an guna mengoreksi hafalan beliau. Setelah mendekati tengah malam, beliau melakukan shalat tahajjud dan kemudian tidur sebentar. Menjelang waktu Imsyak (15 menit sebelum subuh), beliau sudah berkeliling ke kompleks pondok untuk membangunkan para santri agar segera mandi dan berwudlu guna melakukan shalat subuh berjama’ah. Dengan demikian, waktu tidur beliau hanya sedikit sekali dalam sehari semalam”.
Penuturan tentang riwayat Kyai Hasyim Asy’ari ini menunjukkan betapa beliau adalah sorang kyai sekaligus guru yang memiliki totalitas dalam melaksanakan tugasnya. Tentu sulit mencari seorang kyai yang seperti beliau pada zaman sekarang ini. Karena totalitas beliau inilah, maka wajar jika para santrinya kemudian menjadi para kyai juga di daerahnya masing-masing.

Dikutip dari buku Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Cet. III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 128-129.

0 komentar :