25 Juli 2020

Menjemput rezeki (Belajar Hidroponik bagian delapan)

Menjemput rezeki

Kuterawang jauh ke barat, hawa merayap menusuk kulit, mataku berkeliling menatap awan, hanya warna hitam disana, tidak ada bulan yang menggantung dilangit. Suara dari layangan terdengar cukup keras, cahaya kelap kelip mewarnai langit yang berasal dari layangan yang sengaja tidak diturunkan.

Kulangkahkan kaki memasuki rumah kembali, kuraih sweater hitamku, yang menemaniku sejak masih belum menikah, bahkan kalau tidak salah kubeli saat masih kuliah S1. Sweater impor ini amat membantu dalam memberi kehangatan disaat saat cuaca seperti ini. 

16 buah pipa paralon 2 ½ dim sudah dilubangi dengan ukuran 20 cm as, tinggal hollow 4x4 sejumlah 14 yang belum disentuh, 1 buah talang U sudah dipotong menjadi 4 bagian yang akan digunakan untuk semai dan peremajaan. 

Kuberusaha menjemput rezeki dari tempat yang berbeda. Ada pekerjaan utama yang tetap serius dilakukan, ditambah membuka pintu pintu rezeki  halal yang lain, yang bisa dikerjakan disela sela aktifitas utama dan yang terpenting tidak mengganggu dan bisa membagi waktu. Membudidayakan ikan serta bertani hidroponik sebagai harapan, karena bisa dikerjakan dirumah dan di sela sela waktu. 

Ketika menikah seorang suami punya kewajiban memberi nafkah. Berjuang sekuat tenaga dan sebaik-baiknya untuk keluarga. Kuberharap sebelum Kak Zha memasuki usia SMP, segala urusan rumah dan tetek bengeknya sudah selesai, setelah itu tinggal memikirkan pendidikan anak anak untuk bekal kehidupannya kelak.      

Pembudidaya Ikan dan Petani Hidroponik  




 

0 komentar :