Bertemu gagal akan
menunjukan siapa diri kita, apakah kita akan menyerah kalah atau malah
sebaliknya akan membuat kita semakin kuat. Tuhan tidak meminta kita untuk
memanen, tetapi tuhan menyuruh kita untuk berusaha, mengenai hasil itu adalah
hak-Nya, bersyukurlah jika hasilnya sesuai dengan yang kita harapkan. Jangan menyerah
selama nafas masih dikandung badan, mencoba dan berusaha lagi dan jangan
menjadi orang yang menuntut saja tanpa diiringi dengan usaha dan doa.
2 tahun memelihara
ikan, 2 kali panen aman aman saja, tahun ketiga mulai ada cobaan dan godaan,
dengan masalah ikan sering mati dengan berbagai macam sebab. Mulai mencoba menggunakan probiotik,
kemungkinan dengan takaran yang kurang pas, pengelolaan air yang tidak
maksimal, pemberian vitamin tidak tepat, harapannya panen lebih cepat dan bobot
lebih berat. Ditambah dengan musim pancaroba suhu panas air dingin dan
sebagainya, manusia saja banyak yang sakit, sehingga memaksa panen dini. Dari benih
sejumlah 2500, hanya mendapat 60an kg, belum terhitung pakan selama beberapa
bulan dan listrik. Uangnya yang didapat tidak bisa membeli benih ikan 2500
benih. Jika hambatan dari ikan saja
masih bisa santai tapi ketika dari luar itu yang agak sulit. He he he.
Selain itu disaat bersamaan,
benih ikan gurami yang saya tebar, sebanyak 1100an pun raib juga, artinya
proses perawatannya menurut saya ada
perbedaan, lebih mudah mengelola ikan yang besar, untuk memberi pakan, untuk
kedalaman kolam perlu diperhatikan. Artinya ada ilmu tersendiri dan sedikit
berbeda mengelola ikan yang kecil dan yang lebih besar.
Saya juga mencoba
budidakber lele (budidaya ikan dalam ember lele) diisi 100an. Jangka waktu 1
bulan mati 5, usia 1 setengah bulan menemui hambatan, mulai mati satu demi satu,
untung saja ada kucing peliharaan, jadi dikasihkan saja. Akhirnya 2 timba ukuran 80 liter air saya
gunakan untuk tandon hidroponik. Jadi masih tetap bermanfaat.
Tuhan memberikan
keadaan agar saya tidak berada pada zona nyaman, agar terus berkembang dan
tidak cepat berpuas diri. Terus mengembara menembus belantara keilmuan yang tiada bertepi. Terus menerjang, di tengah hempasan derasnya air
yang melaju, menantang gelombang untuk belajar kehidupan, tiada berhenti untuk
merenangi lautan samudera ilmu yang tiada bertepi dalam rangka mencari impian
diri.
0 komentar :
Posting Komentar