Belajar ilmu tentang
hidroponik ini bertahap. Proses belajarpun,
modalnya nekat, kalau mengingatnya terkadang membuat saya tersenyum sendiri. Datang
ke tokonya Mbak Fidi di barat Radio Josh kurang lebih 100 meter selatan jalan, ada banner kecil bertuliskan Nature Farm. “Mbak saya mau belajar hidroponik mohon diajari dari awal”,
dijelaskan bla bla...wah terlampau banyak yang harus saya pelajari. Gini aja
saya tak belajar semai dulu, nanti klo sudah bisa saya tak belajar lagi yang
lain. Yang saya ingat waktu itu saya beli benih pakcoy, kangkung, sawi caisim, 30an
netpot warna hitam dan kain planel. 2 minggu kemudian datang kembali untuk
belajar dan membeli alat tambahan serta nutrisi.
Seketika saya teringat
waktu muda, saat saya mau beli dasi tapi belum bisa memakai. Awal awal kerja
selepas kuliah dulu. Kebetulan yang menjaga toko perempuan dan cantik lagi. "Mbak saya mau
beli dasi, tapi tolong diajari memakainya, kalau bisa nanti saya beli". Setelah
memberi contoh, saya pun mencobanya, saya bisa dan akhirnya saya beli,
seingatku itu di yogya entah pas ada acara apa saya lupa.
Demikian juga saya
terapkan untuk belajar hidroponik, saya membeli kebutuhan hidroponik sekaligus belajar
dan tanya tanya terkait proses dan lain lain. Belajarnya bertahap. tidak
langsung dari awal hingga akhir. Sayapun tidak terlalu berambisi untuk langsung
menguasai semuanya, kemampuan manusia itu terbatas, belajar step by step akan
lebih mendarah daging, karena dalam pelaksanaannya akan trial dan eror, yang
penting tidak menyerah dan mencari solusi dari setiap permasalahan. Walaupun
memang itu perlu waktu dan kesabaran.
Setelah belajar proses
semaian dan pemindahan, dengan menggunakan media cat bekas, botol bekas dan marangan
bekas slametan. Tetapi cara ini bagi saya agak merepotkan karena setiap hari
harus ngecek, sedikit mengaduk. Perkiraan saya sebagai orang awam dalam
bidang hidroponik dan masih belajar, kemungkinan tidak begitu efektif dan tidak
cepat besar. Maka dari situ saya ingin mengembangkan ke hal yang lebih serius. Dengan
menggunakan sistem DFT, mengapa saya pilih, karena lebih murah diongkos, untuk
listriknya tidak harus menyala terus, meskipun agak lebih lama tetapi aman bagi pemula, daripada menerapkan sistem NFT dan lagi daerah saya listrik lumayan sering padam. Sistem NFT biasanya diterapkan bagi atau untuk skala
besar. Wadah cat, botol mineral dipotong dan marangan bekas slametan saya
gunakan kurang lebih 2 bulanan. Awal april saya membuat media dari botol bekas
dengan sistem DFT.
Saya ingin
mempelajari sistem dan cara kerjanya dulu. Mulai dari semai sampai kepada pemasaran.
Setelah semuanya landing, baru memikirkan jika ingin memperbesar. Ini yang
sering dilewatkan bagi para pemula. Bisa memproduksi banyak tetapi tidak bisa
menjualnya. Sebelum terlalu serius saya ingin mempelajarinya terlebih dahulu.
Jika ilmu dan pengetahuan sudah cukup. Baru berpikir untuk serius dan cara
pengembangannya.
0 komentar :
Posting Komentar