Malam minggu ini kupulang seperti biasanya, selepas Isya menuju rumah, setelah perjalanan sekitar 30 – 45 menitan, sampailah di perempatan kidangan, motorku kuarahkan ke timur kira kira 100 – 200 meteran, tidak sampai jalan ke utara yang menuju stasiun. Di selatan jalan ada yang berjualan roti bakar. Biasanya aku membeli disini, anak dan istriku menyukai roti bakar disini. Karena enak dan tidak eneg.
Hari rabu yang lalu kak Zha minta dibelikan roti bakar, maka hari ini kubelikan roti bakar permintaannya. Hitung hitung aku senang karena sekitar 3 minggu ini. Kak Zha menambah aktivitas belajarnya dengan belajar di Madrasah Diniyah selepas maghrib sampai dengan jam 19.30 WIB. Kegiatannya full dari pagi jam 5 - 6 jadwal mengaji pagi, pulang ke rumah siap siap pembelajaran daring, sore hari jam 3 mengaji lagi, habis ashar tadarusan di mushola dilanjutkan sholat berjamaah di mushola, selepas maghrib berangkat ke madrasah. Aktivitas yang padat untuk anak kelas 3 sekolah dasar.
Ada pemandangan yang tidak biasa, seperti hari di mana aku membeli roti bakar di sini. Ada anak kecil, ku taksir sekitar kelas 4, 5 atau 6 sekolah dasar, membantu melayani pemesan, tangannya begitu cekatan dan terampil, mengambil roti mengolesi keju, kemudian diserahkan kepada orang tuanya (perkiraan saja karena tidak tahu) untuk ditambahi dengan isian, berupa coklat, strawbery dan lain lain.
Setelah proses pembakaran selesai, dia membungkusnya dengan kertas coklat melapisinya dengan plastik putih bekas pembungkus rotinya , kemudian menambah dengan plastik kresek warna hitam. Tangannya cekatan untuk melakukan itu semua. Setelah selesai kemudian berjalan kepada pemesan untuk memberikan pesanan roti bakar sesuai permintaan. Menerima uang pembelian, berjalan ke gerobak, menghitung uang kembalian, berjalan kembali memberikannya uang kembalian. Hal itu dilakukan 3 – 4 kali sebelum giliranku tiba.
Ada hal yang membuatku terpana, di usianya yang masih belia dan di tengah tengah melakukan aktivitasnya dia masih bisa tersenyum, berarti dia menikmati apa yang dilakukannya. Hatiku tersentuh dan tergerak. Pembelajaran karakter yang baik, pendidikan untuk belajar berwirausaha, berusaha yang baik, sejak dini sudah dikenalkan kepada anak, dan anak bisa menikmati melakukan itu semua.
Banyak hal yang bisa dipelajari, cekatannya berarti dia sudah sering melakukannya. Menerima uang dan memberi uang kembalian, berarti dia pembelajar yang baik, mampu mengaplikasinnya ilmu hitung dengan baik. Bayangkan kalau salah dalam menghitung tentunya pasti rugi dan tentu saja mendapat komplain dari pembeli. Dan yang membuat saya salut adalah, dia masih bisa tersenyum.
Ketika giliranku menerima pesanan. “berapa dik”? tanyaku dengan sengaja karena aku sudah tahu harganya berapa, kemudian dia menjawabnya sambil tersenyum. “ini ya uangnya, sisanya buat adik saja”!. Ucapku kemudian. “matur suwun” jawabnya sambil tetap tersenyum dan dia merasa senang. Sejurus kemudian aku berlalu dan mengambil motor untuk pulang ke rumah.
“Assamu’alaikum”, “ waalaikum salam”. Ku berjalan masuk ke rumah. “ini roti bakarnya kak,”, “terima kasih yah”. Seulas senyum menyungging di bibir anak sulungku, dan wajahnya berbinar ceria menerima bungkusan yang kuberikan kepadanya. Kubelikan sesuai kesukaannya. Anak sulung dan istriku sukanya rasa coklat, sedang anakku kedua suka selain rasa coklat, maka kupilihkan rasa strawbery. Sayangnya adik Zi sudah terlelap dalam mimpinya. Jarum jam pendek besar sudah menunjukkan angka 8 malam. Alhamdulillah sudah sampai dirumah dengan selamat.
0 komentar :
Posting Komentar